Senin, Desember 15, 2008

Mesin Fotocopy

Kemarin ketika googling mesin fotocopy, muncul link ke salah satu artikel di situs www.andriewongso.com tentang fotocopy yang cukup menarik. Berikut artikelnya :

Pernahkah Anda membayangkan, harus menulis dan menggambar sesuatu yang sama untuk memperbanyak dokumen dengan tangan? Berterima kasih lah pada mesin fotokopi. Sebab, dengan mesin fotokopi saat ini kita dapat dengan mudah memperbanyak gambar dan tulisan berapa pun banyaknya. Tinggal pencet tombol, tunggu sejenak, semua pekerjaan penggandaan beres.

Ternyata, mesin fotokopi yang ada saat ini berasal dari kerepotan yang dialami seorang pria bernama Chester F. Carlson. Ia semula adalah pekerja di sebuah perusahaan analisis paten untuk pembuat produk elektronik. Tugasnya saat itu adalah menyalin semua dokumen dan gambar paten ke dalam beberapa dokumen. Tentu, ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Apalagi, saat itu semua dikerjakan dengan tangan. Karenanya, untuk membuat beberapa dokumen, perlu waktu yang tak sedikit, bahkan berjam-jam.

Karena kelelahan, Chester pun kemudian berpikir. Bagaimana ia bisa menggandakan dokumen dengan cepat dan praktis. Tidak seperti yang ia lakukan sebelumnya. Suatu kali, pemuda cerdas ini pun menemukan ide. Ia menggunakan konsep yang disebut photo-conductivity, sebuah proses perubahan elektron jika terkena cahaya. Intinya, dengan proses ini, gambar bisa digandakan dengan proses perubahan elektron tersebut.

Beberapa tahun ia mencoba menyempurnakan temuannya ini. Dan, setelah sekian lama, temuannya yang diberi nama electric photography ini dipatenkan pada 1942. Meski sangat berguna, alat tersebut rupanya tak bisa langsung jadi populer. Chester yang berhasil membuat alat itu harus berjualan konsep bertahun-tahun lamanya agar mesin fotokopi itu bisa dijual di pasaran. Berbagai perusahaan besar seperti IBM, GE, dan RCA menolak temuan itu. Setelah hampir putus asa, ia kemudian menawarkan ide itu pada perusahaan yang bernama Haloid Company. Ternyata, konsep itu diterima. Buah perjuangan 20 tahunan menjual ide itu akhirnya menjadi kisah membahagiakan. Haloid Company kemudian mengenalkan produk mesin fotokopi pertama itu dengan nama Xerox.

Kini, Xerox telah sukses di pasaran. Haloid Company pun berubah namanya jadi Xerox Company. Chester juga telah membuktikan, buah karyanya ternyata kini bermanfaat di seluruh dunia.

selengkapnya...

Kamis, November 27, 2008

Perpisahan ...

"Mas, mulai besok saya sudah nggak jualan. Besok saya pulang ke Madura dan nggak kembali lagi ke sini."

Mas Saili, tukang sate ayam langganan saya memberitahukan rencana kepergiannya besok.

Mas Saili bersama temannya Yukim biasa mangkal di warung sate sederhananya yang tidak jauh dari kantor saya. Jika lagi tidak masak, saya biasa beli sate di tempat itu sepulang dari kantor. Mas Saili dan Yukim berasal dari Madura, mereka alumni salah satu pesantren di pulau itu yang kemudian setelah lulus dikontrak untuk menjual sate di Palu sejak hampir setahun yang lalu. Usia mereka sekarang masih 19 tahun.

"Nggak balik lagi ke sini?! Emang kenapa? Mau nikah?" tanya saya agak kaget.

"Nggak mas. Saya mau nyari kerja lagi di Surabaya, kalo Yukim mau pindah ke Palembang, jualan ama saudaranya di sana."

"Ya udah ati2 ya. Mohon maaf kalo ada salah. Jangan lupa sholatnya yang rajin ya."

"iya mas sama2."

Kami pun berjabat tangan, jabat tangan terakhir kami (waLLahu a'lam), jabat tangan perpisahan.

)I(

Malam ini di akhir acara kajian dengan ust Cahyadi Takariawan yang sedang datang ke Palu, ada pengumuman dari moderator kajian bahwa salah seorang saudara kami, Danang, beberapa hari ini akan pindah ke Manado. Beliau pindah dikarenakan mutasi besar2an di kantornya dalam rangka modernisasi birokrasi.

Saya tidak terlalu terkejut, karena beberapa hari sebelumnya berita kepindahan beliau sudah lebih dulu saya dengar. Mudah-mudah ini pilihan terbaik dari Ar-Rahman untuk beliau.

)I(

Setidaknya ada dua perpisahan yang mewarnai kisah saya hari ini. Perpisahan memang selalu menjadi bab yang tidak terpisahkan dari kisah hidup kita, seolah2 tidak mau kalah dengan perkenalan2 dan bertambahnya teman yang juga selalu mewarnai langkah kaki kita.

Semoga setiap perpisahan yang terjadi tidak meninggalkan jejak kecuali kebaikan, senyum haru, cinta, persaudaraan, dan harapan akan pertemuan kembali, entah di dunia atau di akhirat kelak.

Rabbanaghfirlanaa wali ikhwaaninal ladziina sabaquunaa bil iimaani walaa taj'al fii quluubinaa gillal lilladziina aamanuu, Rabbanaa innaka Rauufur Rahiim*

Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

)I(

"Satu lagi saudara kita yang akan meninggalkan kita beberapa minggu lagi, akh Dwi, insya Alloh beberapa minggu lagi beliau akan melanjutkan D4 di Jakarta. Istrinya malahan sudah duluan di Jakarta."

lanjut moderator memberitahukan rencana saya yang tidak lama lagi juga akan berpisah dengan semua sahabat di Palu.

____________________
* QS Al Hasyr : 10

selengkapnya...

Rabu, November 26, 2008

Hikmah di Pantai Losari

Sore itu di pantai Losari, dari kejauhan matahari perlahan mulai tenggelam diiringi suara ombak yang menyapa beton tanggul pembatas pantai terdengar merdu bersama tawa riuh anak2 yang sedang berlarian. Saya dan seorang sahabat duduk di pinggir pantai sambil berdiskusi tentang kehidupan. Irman, sahabat saya itu, menceritakan perihal balasan bagi orang yang berbuat baik di dunia maupun di akhirat.

"jo, antum percaya nggak setiap kita berbuat kebaikan pasti suatu hari Alloh akan membalas kebaikan itu saat kita membutuhkan, kayak karma gitu."

Saya terus mendengarkan cerita sahabat saya yang pertama kali saya kenal ketika kuliah dulu. Sejak awal perkenalan itu tidak habis2 nya pelajaran yang selalu saya dapat dari dia.

"di acara pelatihan kantor kemarin dibahas tentang ini. Ada kisah nyata tentang seorang anak miskin penjual asongan dan seorang perempuan baik hati." lanjutnya

Suatu hari, seorang anak laki-laki miskin penjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar. Kemudian ia memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki itu pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, 'berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?'

Wanita itu menjawab: 'Kamu tidak perlu membayar apapun. Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan'

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :' Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.'

Belasan tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu.

Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan, wanita itu sembuh !! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan.

Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi... 'Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu..' tertanda, DR Howard Kelly

----


Azan maghrib pun terdengar dari masjid sekitar kami duduk. Kami pun segera melengkapi kesyukuran atas hikmah hari ini kepada Ar Rahman. `Hal jazaa ul ihsaani illal ihsaanu, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)*

amsainaa ;alaa fithratil Islaami wa kalimatil ikhlaashi wa 'alaa diini nabiyyina Muhammadin shallaLLahu 'alaihi wa sallama wa 'alaa millati abiina Ibraahiima haniifa wa ma kaana minal musyrikiin.


Kami bersore hari di atas fitrah Islam, di atas kalimat keikhlasan, di atas agama nabi kami Muhammad saw, dan di atas millah bapak kami Ibrahim yang lurus. Dan ia bukan termasuk orang-orang yang musyrik





__________
* QS Ar-Rahmaan : 60


selengkapnya...

Selasa, November 25, 2008

Download eBook Hadits Arba'in Imam Nawawi

Buat teman2 yang ingin membaca dan mempelajari Kitab Hadits Arba'in karya Imam Nawawi, silahkan klik link di bawah ini :

download eBook Hadits Arba'in

selengkapnya...

Allah Gembira Dengan Taubat Hamba-Nya

Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah saw, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:

"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang berada di atas untanya dan berada di suatu tanah yang luas, kemudian pergilah untanya itu dari dirinya, sedangkan di untanya itu ada makanan dan minumannya. Orang tadi lalu berputus-asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali dari untanya tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu, untanya itu tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Oleh sebab sangat gembiranya maka ia berkata: 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu'. Ia menjadi salah ucapannya kerana amat gembiranya."

Keterangan:
Jadi kegembiraan Allah Ta'ala di kala mengetahui ada hambaNya yang bertaubat itu adalah lebih sangat dari kegembiraan orang yang tersebut dalam ceritera di atas itu.

(Hadits no. 15 kitab Riyadus Shalihin, Imam Nawawi)

selengkapnya...

Selasa, November 18, 2008

Berkata Yang Baik Atau Diam

Mungkin teman2 pernah membaca/mendengar sebuah kisah hikmah tentang seorang anak pemarah. Dikarenakan sifat pemarah anaknya itu kemudian sang ayah mengajarkan sebuah hikmah. Sang anak diberikan sekantong paku yang harus ditancapkan ke pagar rumah mereka jika sang anak marah.

Beberapa hari kemudian pagar rumah mereka pun penuh dengan paku yang tertancap dan sang anak pun sadar. Dia kemudian menanyakan kepada ayahnya apa yang harus dilakukan. Sang ayah meminta anaknya untuk mencabuti paku2 itu setiap kali sang anak menyesal atas kemarahannya. Dicabutlah paku2 itu oleh sang anak hingga tidak ada lagi paku yang tertancap di pagar.

Kemudian sang ayah memberikan hikmah dari pelajaran yang diberikannya,"Wahai anakku, kamu telah berusaha keras dan belajar untuk tidak menancapkan paku lagi, bahkan kamu sudah mencabut semua paku yang pernah kamu tancapkan.Hanya saja lihatlah bekas lubang akibat paku yang kamu tancapkan, lubang-lubang tidak akan tertutup kembali seperti sedia kala"

Makna kisah ini adalah bahwa ketika kita marah, reaksi emosional kita secara tidak kita sadari akan membuat sebuah luka yang halus yang tak dapat disembuhkan di dalam hati orang lain. Tak peduli seberapa banyak kita meminta maaf, luka itu pasti akan meninggalkan bekas. Serangan lisan akan sama menyakiti bahkan lebih manyakitkan daripada serangan fisik.

Benar sekali nasihat RasuluLLah saw, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam ..."(HR Bukhari dan Muslim)

AstaghfiruLLah, entah sudah berapa banyak orang yang tersakiti lisanku.

Mbah, Bapak, Ibu, Mas, Istriku, Zahid, Sahabat, Teman2, Semuanya ... Maafkanlah lisanku ini jika telah banyak menyisakan luka yang dalam.


Palu, pagi hari tgl 19-11-08
setelah sedih dan kaget membaca komentar kasar tentang Ust Anis Matta

selengkapnya...

Senin, November 17, 2008

Sejarah Menurut Ust Anis Matta

Sejarah jangan dibaca sebagai dendam pada masa lalu, usaha menuntaskan pembalasan dendam, dan usaha membalaskan dendam. Bangsa ini tak akan pernah menjadi bangsa besar kalau anak bangsa membaca sejarah bangsa ini sebagai sejarah dendam. Sebab, membaca sejarah dengan dendam, mendorong lahirnya dendam baru yang terus berulang.

”Akan lahir sebuah proses regenerasi dendam dalam episode yang tidak berkesudahan dan menghabiskan energi bangsa ini,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) M Anis Matta dalam diskusi tentang tokoh dan dendam sejarah di Jakarta, Minggu (16/11).

”Sejarah pahlawan kita bukanlah sejarah malaikat yang bebas cacat dan bukan pula cerita tentang manusia sempurna. Pahlawan bangsa kita hanyalah manusia biasa yang berusaha melakukan pekerjaan luar biasa bagi bangsa dan negara,” ujarnya.

Sejarah pahlawan, menurut Anis, merupakan pergulatan kemanusiaan yang penuh haru biru dan yang harus dibaca dengan kacamata kemanusiaan yang jujur dan adil, bebas dari dendam. Hanya dengan begitu, sejarah bangsa ini bisa menjadi cermin pembelajaran bagi generasi baru untuk melangkah ke depan.

”Pembelajaran antargenerasilah yang membuat sejarah kita sebagai bangsa tersambung sebagai sebuah mata rantai antargenerasi yang saling mengisi. Sebab, peradaban besar adalah karya bersama seluruh generasi dan bukan kerja satu orang dan yang bisa diselesaikan dalam semalam,” ujarnya lagi.

(kompas 17 Nopember 2008 halaman 2)

selengkapnya...

Berbuat Baik Dengan Pamrih

suatu ketika saat saya sekolah dulu seorang guru pernah membuat pernyataan yang kontroversial di depan kami.

"kita itu setiap melakukan sesuatu harus mengharapkan pamrih. sebenarnya yang diajarkan di pelajaran PMP (pendidikan moral pancasila) itu salah, masa kalo kita berbuat baik kita harus berbuat baik tanpa pamrih, rugi lah"

saya dan teman2 satu kelas pun bingung mendengar pernyataan guru kami itu, karena selama ini guru2 yang lain selalu menekankan agar setiap kali kita berbuat baik pada orang lain jangan pernah mengharap pamrih atau balas jasa.

"menurut saya, setiap kali kita berbuat baik kepada orang lain kita harus mengharapkan pamrih, agar kita bersemangat untuk berbuat kebaikan, dan itu wajar. tapi pamrihnya bukan dari manusia, pamrih yang kita harapkan adalah Ridho Allah swt." lanjut guru kami.

selengkapnya...

Minggu, November 16, 2008

Usul Buat Para Panitia

"saya kalo denger kajian nggak pernah bisa fokus akh, harus sambil jagain anak" curhat seorang sahabat kepada saya sambil ngendong anaknya yang hampir satu tahun sekaligus mengawasi anaknya yang lain. memang kadang sahabat saya itu bergantian dengan istrinya untuk menjaga anak2nya setiap ada acara kajian.

"suara saya kalah ya dengan suara para penerus kita" canda seorang ustadz di depan micnya saat menjadi pembicara dalam sebuah kajian. volume suara sang ustadz (sudah menggunakan sound system) kalah keras dibandingkan suara anak2 peserta kajian yang sedang riang bercanda di ruangan tempat acara berlangsung.

Tiga tahun lalu, komen seperti ini hampir tidak pernah saya dengar, maklum saat itu acara kajian yang sering saya datangi kebanyakan hanya dihadiri mahasiswa dan pelajar. Jadi tidak pernah saya dengar teman yang curhat nggak fokus dengar kajian karena ngawasin anak atau ustadz yang suaranya dikalahkan suara para mujahid kecil.

Sekarang setelah jadi mantan mahasiswa dan jadi abii baru (baru satu tahun jadi abinya zahid) dimana acara kajian lebih banyak gabung dengan para abahat (?) dan ummahat, komen2 di atas sering mampir di telinga.

Jadi ada ide buat para panitia,

biar kasus di paragraf 1 dan 2 dapat diminimalisir
plus
di satu sisi kita tidak membumihanguskan potensi kreativitas dan kecerdasan anak2 kita,

bagaimana jika di setiap acara yang melibatkan banyak abahat (?) dan ummahat dibentuk seksi baru dalam kepanitian : "seksi pengasuh anak"

bukankah banyak akhwat yang menjadi guru tk atau play group? sekaligus buat sarana latihan para calon ummahat ^_^

selengkapnya...

Kita Sedang Membangun Sebuah Peradaban

Ada tiga orang pekerja pengangkut batu pada proyek pembangunan piramid yang ditanya dengan pertanyaan yang sama, "apa yang sedang kamu kerjakan?"
Masing2 mereka memberikan jawaban yang berbeda. Pekerja pertama menjawab, "saya sedang membawa batu." sedangkan pekerja kedua menjawab, "saya sedang membangun piramid." dan pekerja ketiga menjawab, "saya sedang membangun peradaban."

Sebuah cerita motivasi yang kembali saya akses dari otak dalam saya setelah mendengar seminar Ustadz Cahyadi Takariawan pagi tadi. Kisah yang pernah diceritakan salah seorang dosen di kampus dulu, yang secara lembut mempengaruhi pemikiran saya sebagai seorang "pekerja".

Sebuah cerita yang dulu sering saya ceritakan kembali di depan adik2 peserta mentoring rohis SMK dan kampus untuk menularkan pemahaman saya bahwa rutinitas mentoring pekanan yang kami lakukan bukan hanya tempat ngobrol, curhat, atau diskusi, tapi tempat sebuah peradaban dibangun.

Dan hari ini, ketika membaca kembali salah satu buku yang paling saya cintai, "Bagaimana Menyentuh Hati" karya Abbas As-Siisi, di halaman awalnya terdapat sebuah nasihat indah Ustadz Hasan Al-Banna tentang sebuah asa,

"Saudaraku, janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidup-nya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat."

selengkapnya...

SMS Yang Aneh

"Ta'limat untuk ** dan ****** **** **** & ***: Mhn dapat hadir pada Taujih ********** ****** oleh ***** *** ***** ******** Ust Cahyadi T pd hr Sabtu tgl 15 Nov jam 08.30 di Dikjar Jl Setia Budi. Sebarkan!" sebuah sms masuk ke handphone LG KG300 saya.

Sekilas tidak ada yang aneh dengan sms ini, sms ta'limat, sms yang biasa saya terima dari teman2 di organisasi jika ada suatu acara yang sangat urgen untuk dihadiri.

Namun jika ternyata sms itu saya terima pada hari sabtu tanggal 15 Nopember 2008 jam 08.48 wita, tentu cukup aneh. Acaranya kan jam 08.30 wita?

Karena ini sms ta'limat, tidak ada waktu lagi untuk kaget. cucian harus cepat diselesaikan. nasi yang lagi dimasak di rice cooker tidak perlu ditunggu matang (nggak jadi sarapan). bahkan rencana mandi pagi harus diganti hanya dengan wudhu, cuci muka dan sikat gigi. hasilnya? jam 09.00 wita saya sudah siap berangkat.

AlhamduliLLah sejak hari selasa kemarin teman kantor yang sedang tugas ke luar daerah menitipkan motor honda supra-x nya ke saya, jadi perjalanan ke tempat acara tidak membutuhkan banyak waktu. Insya Alloh 10 menit sampai. Maklum, Palu belum seramai Jakarta, di sini bebas macet.

Di atas motor saya mulai bertanya-tanya, kok acara sepenting ini baru diinformasikan 18 menit setelah jadwal acara? bukankah acaranya sudah direncanakan sebelumnya, pembicaranya saja datang dari jawa? Kalo saya naik taksi (sebutan angkot di Palu), saya sampai jam berapa ya? Kalo saat ini saya lagi ada agenda kegiatan? kalo ... AlhamduliLLah sampe juga di Dikjar ^_^

selengkapnya...

Kamis, November 13, 2008

Belajar dari Bapak Ojek Sepeda

Meli tidak menyangka akan begini jadinya. Ia terus berlari dan berlari, menghindari kerumunan dan amukan massa di sekitar Jakarta Barat. Dari kejauhan terlihat jilatan api dari beberapa gedung dan sisa asap pembakaran mobil.

Massa yang beringas –yang entah datang dari mana– bersorak-sorai. Kemudian terdengar suara-suara sumbang penuh hasutan: “Cari Cina! Cari Cina!”
Beberapa mata mulai memandangnya. Meli bergidik. Beberapa mata mulai merasa menemukan sasaran.

Meli menatap ke depan. Lengang, tak ada satu kendaraan pun yang bisa membawanya pergi dari tempat itu. Cemasnya menjadi-jadi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Berlari sekuat-kuatnya? Masuk ke rumah penduduk?
Mereka telah menutup pintu rapat-rapat tanpa berani membukanya, setidaknya saat ini. Lalu? Matanya mulai nanar.

Tiba-tiba di antara bayangan kepulan asap, tampak seorang lelaki tua lusuh dengan sebuah sepeda kusam tua, menghampirinya.
“Ibu Cina, ya! Ibu mau kemana? Cepat naik ke sepeda saya, Bu! Cepat!!”
“Ojek sepeda ya…, Pak?”
Bapak dengan baju tambalan di sana sini itu mengangguk pelan.
Tanpa berpikir panjang, Meli segera naik ke atas sepeda tersebut.

Si lelaki tua mengayuh sepedanya kuat-kuat disertai peluh bercucuran yang membasahi bagian punggung bajunya, meninggalkan massa yang berpesta dalam amukan dan beberapa pasang mata liar yang urung mengejar mereka.

Sampai di belakang Glodok Plaza, Meli melihat banyak orang mengambil barang dari dalam toko-toko di sekitar sana. Dengan wajah puas orang-orang itu mengangkuti televisi, radio, komputer, kulkas sampai mesin cuci dan lain sebagainya. Meli tak mengerti. Mungkinkah barang-barang itu diberikan oleh pemiliknya agar toko tersebut tak dibakar? Atau massa yang menjarahnya? Beberapa tentara tampak berjaga-jaga, namun tak melarang siapa pun yang ingin mengambil barang.

Di sudut yang sepi, Meli menyuruh bapak tua itu berhenti.
“Ada apa, Bu?”
“Pak, mendingan Bapak ikut ambil barang-barang itu dulu. Biar sepedanya saya yang jagain. Itu orang-orang pada ngambil. Ambil dulu, Pak!” ujar Meli.
Hatinya tergetar melihat kemiskinan dan perjuangan lelaki tua ini untuk menghidupi keluarganya. Ya, apa salahnya ia menunggu sebentar dan menjaga sepeda ini sementara bapak itu mengangkuti barang yang bisa dia bawa pulang.
Di luar dugaan, bapak tua itu menggeleng dan tersenyum getir.
Tidak, Bu. Barang itu bukan milik saya. Bukan barang halal. Saya muslim, Bu.

Meli tercengang beberapa saat. Benar-benar terenyuh. Orang tak mampu seperti ini, ternyata punya prinsip hidup yang sangat mulia.

Saat sampai di tujuan, bapak itu hanya meminta ongkos tiga ribu rupiah, jumlah yang tak berbeda dengan bila tak ada kerusuhan. Meli memberinya empat ribu, dan bapak tua itu meninggalkannya dengan riang.
“Terimakasih, Bu.”

Meli menatap lelaki tua itu hingga menjadi titik di kejauhan. Ia telah mendapat satu pelajaran yang luar biasa. Bukan dari siapa-siapa. Hanya dari seorang miskin, seorang muslim, seorang yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Dan dengan bangga, Meli menceritakannya pada saya.

Dikutip dari salah satu buku lama punya istri saya,
"Pelangi Nurani, Kumpulan Kisah-kisah Kehidupan untuk Memperkaya Jiwa",
tulisan Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dkk,
penerbit Asy Syaamil

selengkapnya...

Melakoni hidup kadang seperti kegiatan memancing ikan

"Melakoni hidup kadang seperti kegiatan memancing ikan. Semakin bagus umpan yang diberikan, kian cepat dan besar ikan yang didapat. Sayangnya, tak semua pemancing sadar kalau mengail ikan butuh keyakinan dan kesabaran."

(dakwatuna.com)

selengkapnya...

Rabu, November 12, 2008

Belajar dari pornografi

Beberapa hari lalu ketika semua media sedang menjual isu yang bernama "pornografi", saya mendapat pelajaran yang luar biasa.

saat itu ampir di semua media kita lihat selalu diberitakan tentang kontra-pro pengesahan RUU Pornografi, (saya sengaja tulis kata kontra sebelum pro karena kayaknya rata2 media, pemberitaannya banyak ke kontra daripada pro) demo2 kontra pengesahan lebih diekspose daripada demo pro pengesahan. suara2 masyarakat yang menyatakan kontra lebih diekspose ketimbang suara2 yang pro.

Melihat kondisi seperti itu teman2 mulai panik, sms maupun email mulai berkeliweran yang berisi seruan untuk ngirim sms, email sampai faks ke wakil2 rakyat yang isinya menunjukkan bahwa kita pro pengesahan. bahkan ada sebuah ormas yang sangat antipati terhadap dakwah di parlemen ternyata ikut2an demo ke DPR agar RUU nya segera disahkan

Pelajaran yang bisa kita ambil dari perjuangan kemarin, ternyata mau nggak mau kita harus akui strategisnya peran DPR/DPRD dalam menentukan mau dibawa kemana arah hukum dan undang2 positif kita.

Sebanyak2nya berita miring, penolakan2, demo2, opini2, jika kebanyakan wakil2 rakyat yang ada di DPR menyetujui sebuah RUU, maka nggak terlalu ada efeknya. Begitupun sebanyak2nya sms/email/faks/opini/ceramah/demo kita, jika wakil2 rakyat yang ada di DPR kebanyakan tidak setuju, paling kita cuma bisa mengelus dada dan cuma bisa menolak kemungkaran di depan mata kita hanya dengan hati.

Kasus hebohnya pornografi kemarin seharusnya membuka mata kita, bahwa kita tidak bisa tidak peduli terhadap wakil suara kita di DPR/DPRD. Semakin banyak orang2 baik disana, semakin mudahlah kita menyelaraskan hukum dan undang2 positif kita dengan ajaran Islam.

Bukankah penegakkan ajaran Islam dalam tataran hukum publik juga merupakan kewajiban? (lihat artikel saya sebelumnya, qishash=puasa) dan menurut Syaikh Al-'Utsaimin dalam kitabnya Prinsip Ilmu Ushul Fiqih: "Jika suatu perbuatan yang diperintahkan tidak bisa dikerjakan kecuali dengan sesuatu maka sesuatu tersebut adalah diperintahkan, jika yang diperintahkan adalah wajib maka sesuatu itu hukumnya juga wajib."

WaLLahu a'lam

selengkapnya...

Senin, November 10, 2008

Umur Ummul Mukminin Aisyah ra. Ketika Menikah Bukan 7 Tahun ..!

Pagi ini ketika membaca salah satu artikel di blognya iqro club kebayoran lama ada sebuah fakta baru yang saya dapatkan dan merupakan jawaban atas beberapa polemik yang sering dihembuskan musuh Alloh terhadap umur Ummul Mukminin Aisyah ra ketika dinikahi Rasulullah saw.

Ternyata beberapa riwayat yang menyatakan umur Aisyah ra saat menikah adalah 7 tahun dinilai lemah dan kontradiktif dengan beberapa riwayat lainnya. Salah satu kontradiksi yang disebutkan dalam artikel tersebut antara lain,

Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini:
“Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab) ketika Surah Al-Qamar diturunkan.
(Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan.
Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar.
Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane’s Arabic English Lexicon). Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karean itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.


Untuk lebih jelasnya sahabat bisa langsung lihat artikelnya di sini
atau kalo mau lihat versi aslinya yang berbahasa inggris bisa klik di sini

selengkapnya...

Alhamdulillah, Ponakan Pertama Saya Sudah Lahir ...!

Semalam sekitar jam 21.00 wib, Alhamdulillah kakak ipar saya satu2nya melahirkan anak pertamanya di Jakarta. Bayinya perempuan dengan berat 3 kg dan panjang 48 cm.
Sayangnya saya belum bisa nengokin ponakan pertama saya itu, cukup doa singkat ini aja ya ^_^



selengkapnya...

Minggu, November 09, 2008

Iklan KPK

selengkapnya...

Qishash = Puasa

Membaca judul di atas sepertinya kita tidak menemukan sebuah relevansi. Qishash = puasa? Sungguh jauh berbeda. Qishash adalah salah satu terminologi dalam hukum Islam, sedangkan puasa adalah kewajiban yang selalu kita laksanakan di bulan Ramadhan. Qishash adalah istilah yang sangat jarang kita dengar, bahkan banyak kaum muslim yang tidak mengetahui, sedangkan puasa adalah istilah yang sudah tidak asing di telinga kita.

Namun ternyata beberapa hari lalu setelah mendengarkan kajian dalam acara Tarbiyah Tsaqofiyah (Tatsqif) oleh Ust. Muhammad Ali Lamu, Lc, seorang ustadz lulusan LIPIA Jakarta yang juga menjabat sebagai ketua fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Kota Palu, saya menemukan relevansi judul di atas. Ternyata qishash = puasa, tidak ada perbedaan.

Qishash menurut terjemahan Al-Qur’an versi Departemen Agama RI diartikan sebagai mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat maaf dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Alloh menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, maka terhadapnya di dunia diambil qishash dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.

Secara istilah, qishash memang berbeda dari puasa. Namun, secara syariat, keduanya memiliki persamaan dalam hal kewajiban pelaksanaannya.

Ayat mengenai kewajiban qishash dan puasa terangkai dalam satu surat dan pola kalimat yang hampir sama. Ayat tentang kewajiban qishash terletak pada QS. Al-Baqarah ayat 178-179 yang artinya,

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.


Sedangkan ayat tentang kewajiban puasa sebagaimana kita sudah mengetahui bahkan telah menghafalnya terletak pada QS. Al-Baqarah ayat 183 yang artinya,

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.


Ayat-ayat tersebut jelas sekali sama2 menyatakan tentang kewajiban qishash dan puasa, lalu kenapa perlakuan keduanya sangat berbeda? Siapa di antara kita yang berani untuk sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa adanya uzur? Sepertinya tidak ada. Namun kenapa kita sangat berani untuk tidak peduli dengan penerapan syariat di negeri ini? Na’udzu biLlahi min dzalika.

Syari'at adalah minhaj (pedoman) yang telah dibuat oleh Allah SWT untuk mengatur kehidupan yang Islami sesuai dengan Al Qur'an dan As-Sunnah. Sebuah masyarakat tidak bisa dikatakan sebagai masyarakat yang Islami kecuali apabila menerapkan syari'at dan merujuk kepadanya dalam seluruh aspek kehidupannya, baik yang bersifat ibadah ataupun muamalah. Maka tidak masuk akal, bila seorang Muslim mengambil perintah Allah untuk berpuasa yang berbunyi Kutiba 'alaikumush-shiyaam, sementara dia tidak mengambil perintah Allah untuk melaksanakan hukum qishash sebagaimana diperintahkan, Kutiba 'alaikumul qishash. Dan tidak logis pula jika ia menerima ayat-ayat yang mewajibkan shalat. sementara itu menolak ayar-ayat haramnya riba.” (DR Yusuf Qaradhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah)


selengkapnya...

Kamis, November 06, 2008

Download Draft Final UU Pornografi

Sahabat yang ingin mengetahui draft final UU Pornografi yang telah disahkan DPR-RI silahkan download dengan mengklik link di bawah ini :
download draft final UU Pornografi




selengkapnya...

Alhamdulillah Premium Turun

Pagi ini saat baca e-paper ada berita yang mengembirakan. Kompas dengan headline-nya menyampaikan berita bahwa premium akan turun Rp500,00 awal Desember nanti.


Alhamdulillah, mudah2an bisa lebih turun lagi. Selain itu di samping bersyukur dengan lisan, kita juga harus bersyukur dengan 'amal dalam artian kita harus mulai menghemat bahan bakar biar beban subsidi nggak terlalu membebani anggaran negara kita, bukannya bahan bakar kita masih tetap di subsidi uang negara ? dengan berhemat maka subsidinya semakin kecil, dengan subsidi semakin kecil uang negara bisa digunakan untuk keperluan yang lain.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Israa : 27)





selengkapnya...

Di Palu Baca Tiga Koran Nasional Tiap Pagi ??

Pagi ini seperti biasa saya sempatkan untuk membaca koran. Saya biasa baca tiga koran sekaligus : Republika, Kompas, dan Koran Tempo.

Pasti temen2 di Palu nggak akan percaya kebiasaan rutin saya ini. Karena biasanya koran2 nasional semacam kompas baru beredar di Palu antara ba'da dzuhur sampai ashar bahkan kalo lagi telat2nya bisa sampe besok harinya. Itu koran Kompas. Apalagi koran Republika atau Koran Tempo, mungkin butuh waktu yang lebih lama lagi untuk sampai di kota Palu.

Lalu gimana bisa saya baca 3 koran nasional rutin tiap pagi padahal koran2 nya belum beredar di Palu? jawabannya ada di epaper.republika.co.id, epaper.kompas.com, dan epaper.korantempo.com

Tiap pagi, saya baca tiga koran itu di situs e-paper masing-masing. E-Paper = koran elektronik. Jadi ya seperti baca koran biasa aja, cuma bedanya kita bacanya di layar monitor dan gratis euy, bisa di save lagi artikelnya.


selengkapnya...

Kita Tidak Bisa Terlalu Berharap Pada Perubahan Kepemimpinan di AS

“Kita tidak bisa terlalu berharap pada perubahan kepemimpinan di AS. Tidak akan pernah ada seorang calon presiden di negeri tersebut yang bisa tampil tanpa membawa restu dari lobi Yahudi yang sangat dominan di AS. Siapa pun presidennya, bahkan jika seekor monyet yang jadi Presiden AS, maka Amerika Serikat akan tetap seperti itu, tidak akan pernah berubah.”

(Alm. KH Rahmat Abdullah)

dikutip dari artikel www.eramuslim.com hari ini berjudul Obamaphoria, Zionis, dan Krisis Global (1)


selengkapnya...

Rabu, November 05, 2008

Kabar Palu Pagi Ini

Kabar Palu pagi ini tidak berbeda dengan hari-hari yang lalu, masih sering mati lampu. Kemarin aja mati lampu dari jam 12 malam sampai jam 5 pagi, terus siang mati lagi sampai sore, terus sebelum maghrib sampai jam 10-an malam.

Pagi ini, kerjaan di kantor masih senggang, belum banyak. Sambil ngisi waktu di kantor saya sempat chating dengan sahabat lama di kampus dulu. Saat chating saya kenalan dengan seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir yang ternyata berasal dari Palu. Di Mesir saat itu jam 05 pagi.

Beliau sudah 4 tahun kuliah di sana ngambil jurusan Syariah and Law, sekarang dalam proses menyelesaikan S1. Insya Alloh beliau akan kembali ke nusantara setelah menyelesaikan S2 nya di sana.
Banyak hal yang saya dapat dari chating dengan beliau. Alhamdulillah nambah satu saudara lagi :)

Pagi ini, saya juga mulai investasi di Takaful Link Alia salah satu produk Asuransi Takaful. Mudah2an bisa jadi Muslim yang kaya, karena muslim yang kaya selalu selangkah lebih maju dalam meraih pahala dari muslim yang pas2an, sebagaimana dulu para sahabat Rasulullah selalu berlomba2 untuk melakukan kebajikan sehingga suatu ketika sahabat yang fakir merasa kalah dari sahabat yang kaya.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan sahabat-sahabat Muhajirin sama mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata, "Orang-orang yang berharta banyak itu sama pergi - yakni meninggal dunia - dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi serta kenikmatan yang kekal."

Rasulullah s.a.w. bertanya: "Mengapa demikian?"

Orang-orang itu menjawab: "Karena mereka dapat bersembahyang sebagaimana kita juga bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, mereka bersedekah, sedangkan kita tidak dapat bersedekah dan sedangkan mereka dapat memerdekakan - hambasahaya - dan kita tidak dapat memerdekakan itu."

Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sukakah engkau semua saya beritahukan akan sesuatu amalan yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang mendahuluimu dan pula dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang menjadi lebih utama daripadamu semua, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang engkau semua lakukan ini?"

Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah."

Beliau kemudian bersabda lagi, "Bacalah tasbih - Subhanallah, takbir - Allah Akbar - dan tahmid - Alhamdulillah - setiap selesai bersembahyang sebanyak tigapuluh tiga kali masing-masing."

Selanjutnya kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata, "Saudara-saudara kita golongan yang hartawan-hartawan itu telah mendengar mengenai apa yang kita kerjakan ini, oleh sebab itu merekapun mengerjakan sebagai yang kita lakukan itu."

Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang dlkaruniakan oleh Nya kepada siapa saja yang dikehendaki."

(Muttafaq 'alaih)

selengkapnya...

Minggu, November 02, 2008

Download Al-Qur'an Digital

buat sahabat yang ingin mendownload Al-Qur'an digital dalam format chm silahkan klik link di bawah ini :

download Al-Qur'an Digital
selengkapnya...

Jumat, Oktober 31, 2008

RS Mitra Keluarga Larang Berjilbab

Agar tak dipecat, karyawan lainnya terpaksa melepas jilbab.

Republika Online - BEKASI, Karena alasan mengenakan jilbab, Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat memecat salah seorang karyawannya. Tak terima perlakuan manajemen rumah sakit tersebut, Wine Mandela (26 tahun) yang bekerja di bagian fisioterapi di rumah sakit itu terpaksa mengadukan masalahnya kepada pihak terkait.

Menyusul pengaduan tersebut, Ketua Komisi D DPRD Kota Bekasi, Heri Koswara, lantas menggelar pertemuan di kantor DPRD Kota Bekasi dengan menghadirkan berbagai pihak terkait, Kamis (30/10). Di antaranya, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, Agus Darma Suwandi; Tim Pembela Muslim (TPM) selaku pengacara Wine Mandela; serta Dewi, wakil dari RS Mitra Keluarga.

Heri Koswara menceritakan, kejadian pemecatan atas Wine terjadi sejak satu bulan lalu. Namun, laporan tertulisnya baru ada sejak dua minggu yang lalu. Pihak rumah sakit menuding Wine melakukan kesalahan mengenai kewajiban mengenakan seragam. Karena itu pula, dalam pertemuan itu pihak pengacara dari TPM meminta Dewi agar mempekerjakan Wine kembali. Jika tidak, pihaknya akan memboikot agar umat Islam tidak datang berobat ke RS Mitra Keluarga Bekasi.

Menurut Agus Suwandi, kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, dari informasi yang diterima pihaknya, sebenarnya Wine sudah memenuhi aturan rumah sakit yang berlokasi di Jl A Yani, Kota Bekasi. Wine, katanya, tetap mengenakan seragam wajib perawat RS Mitra Keluarga. Hanya saja, seragam perawat berupa terusan sepanjang lutut berwarna merah muda dengan aksen bunga di leher dan ujung lengan yang pendek itu ditambah dengan manset (pelengkap penutup bagian lengan), celana panjang, serta jilbab ukuran kecil yang dimasukkan ke kerah baju. ''Lagi pula, aturan tidak boleh mengenakan jilbab tidak terdapat di UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,'' terang Agus.

Dalam pertemuan itu, pihak rumah sakit akan memberikan keputusan satu minggu lagi. Heri menambahkan, jika RS Mitra Keluarga tetap bersikeras mengeluarkan Wine, dewan serta Disnaker Kota Bekasi akan mengubah peraturan yang berlaku di rumah sakit itu. ''Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung lama, namun tidak ada yang berani melaporkan secara tertulis,'' kata Heri.

Informasi yang diperoleh Heri menyebutkan, banyak dari temannya Wine yang terpaksa melepas jilbab agar tidak dipecat. "90 persen karyawan muslimah yang mengenakan jilbab melakukan hal tersebut," ungkap Wine yang mulai berjilbab setelah dirinya melaksanakan umrah pada April lalu.

Saat itulah dia panggil Dewi, manager HRD RS Mitra Keluarga dan melarangnya mengenakan jilbab. Hingga akhirnya Wine minta dikeluarkan, namun bukan mengundurkan diri. Selanjutnya Dewi meminta Wine membuat surat pengunduran diri. Wine membuat surat pengunduran diri dengan alasan mengenakan jilbab dan surat itu tidak disetujui dan harus direvisi. Namun Wine tidak mau merevisi suratnya itu. Selanjutnya pihak rumah sakit tetap meminta Wine untuk menyerahkan seluruh atribut pekerjaannya bahkan memblokir ATM untuk gajinya.

Ketika masalah itu dikonfirmasikan, Dewi yang mewakili rumah sakit tidak mau menjawab. Ia beralasan semua urusan sudah ditangani oleh dewan. Terpisah, Sherly, sekretaris pimpinan RS Mitra Keluarga Bekasi Barat, menyatakan, pihak rumah sakit tidak pernah memecat karyawannya. ''Kecuali kalau mereka mengundurkan diri,'' ujar Sherly.

Mengenai aturan pemakaian jilbab, Sherly juga mengatakan, karyawan boleh mengenakan jilbab. Hanya saja, jilbab boleh dikenakan seusai bekerja atau di luar lingkungan pekerjaan. Menurutnya, Yulia Sutandar, selaku pimpinan belum mengetahui tentang pertemuan di Komisi D DPRD Kota Bekasi itu. c88

Ikhtisar

- RS Mitra Keluarga pecat karyawannya yang berjilbab.
- Disnaker menyatakan Wine sudah penuhi aturan rumah sakit.
- TPM minta pihak rumah sakit kembali mempekerjakan Wine.


sumber : www.republika.co.id

selengkapnya...

Kamis, Oktober 30, 2008

DPR Setujui RUU Pornografi Jadi UU

Republika Online - Setelah diwarnai berbagai dinamika selama beberapa tahun, RUU tentang Ponrografi akhirnya disetujui untuk disahkan menjadi UUU. Kesepakatan itu dicapai dalam Rapat Paripurna DPR yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis siang pukul 13.15 WIB.

Agung Laksono mengetuk palu persidangan sebagai persetujuan setelah delapan (dari 10 fraksi) menyampaikan persetujuan yang disampaikan melalui juru bicaranya.

Setelah fraksi-fraksi menyatakan setuju, Agung mempersilakan Menteri Agama Maftuh Basyuni untuk menyampaikan pendapat akhir pemerintah. Pemerintah menyambut baik RUU ini dan menyetujui untuk segera diundangkan.

Persetujuan atas RUU ini diwarnai "walk out" dua fraksi, yaitu PDIP dan Partai Damai Sejahtera (PDS). Sikap itu diambil di awal pembukaan rapat paripurna pada Kamis pagi.

Sikap PDIP yang menolak RUU Pornografi bukan hanya ditunjukkan di rapat paripurna ini, tetapi juga sudah ditunjukkan dalam rapat-rapat di tingkat Pansus dan di tingkat Panitia Kerja (Panja)

Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) yang sebelumnya juga keberatan dengan pengesahan RUU ini, akhirnya dapat menerima dan menyetujui untuk segera diundangkan. Bahkan PKB mendorong pemerintah segera melakukan sosialisasi atas RUU ini.- ant/ah

sumber : www.republika.co.id
selengkapnya...

Rabu, Oktober 29, 2008

Berkelana ke kota Az Zahra, Cordova, Spanyol

Pagi ini saat membaca artikel di dakwatuna.com ada sebuah artikel mengenai masjid tertua yang ditemukan di Spanyol tepatnya di kota Cordova. Dahulu, kota Cordova merupakan bagian dari pemerintahan Islam di Andalusia. Umat muslim menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M. di bawah komando Panglima Thariq bin Ziad, setelah melewati gunung dengan membawa perahu besar di kota Thonjah sebelah utara Maroko, yang kemudian gunung itu dinamai “Jabal Thariq” sebelah selatan wilayah Andalusia.

Setelah membaca artikel tersebut, ada keinginta
huan yang sangat pada diri saya untuk mengetahui letak dan foto2 kota Cordova khususnya kota Az Zahra yang diceritakan dalam artikel.

Dengan bantuan Google Earth saya mulai menjelajahi bola dunia untuk mencari kota Cordova dan kota Az Zahra di Spanyol. Berikut gambar2 hasil penjelajahan saya tersebut :


1. Letak kota Cordova

Kota Cordova terletak di selatan Spanyol antara kota Madrid di utara dan selat Gilbatar yang merupakan pemisah benua Afrika dan Eropa di selatan.
Melihat lokasi kota ini kita bisa lihat betapa luar biasanya semangat para salafus shalih (orang2 shalih terdahulu) yang dipimpin panglima Thariq bi Ziad dalam menyebarkan Islam.


2. Kota Cordova dari Udara














3. Masjid Cordova





























4. Madine Az Zahra (Kota Az Zahra) di Cordova

































itulah hasil berkelana sambil tafakkur ke kota Az Zahra, Cordova, Spanyol yang insya Alloh memberikan semangat kita untuk senantiasa menuntut ilmu dan berdakwah di jalan Alloh sebagaimana telah dicontohkan para salafus shalih.


sumber foto : google earth, www.panoramio.com, www.flickr.com
selengkapnya...

Sumpah Pemuda : Pemuda Dalam Lintasan Sejarah

dakwatuna.com - Pemuda adalah generasi yang paling menentukan. Dalam Al Qur’an Allah swt. selalu menegaskan pentingnya masa muda. Ashhabul kahfi digambarkan oleh Allah bahwa mereka adalah sekelompok anak muda. Allah berfirman: “Innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaa. Mereka adalah anak muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka.”Dari ayat ini nampak bahwa masalah kepemudaan oleh Allah sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat. Dari apa yang pernah kita alami dan kita saksikan ada beberapa keistimewaan masa muda yang penting untuk digaris bawahi di sini:

Pertama, masa muda adalah masa yang penuh keberanian. Kita temukan di sekitar kita banyak anak muda berani mati, hanya sayangnya itu dilampiaskan dalam bentuk prilaku yang kurang produktif, seperti dengan menari-nari di atas gerbong kereta, berjoget-joget di atas metromini yang sedang laju dengan kecepatan yang tinggi, atau dengan tawuran antar kelompok atau fakultas dengan saling melempar batu, bahkan tidak sedikit yang sampai saling membunuh, atau dengan trek-trekan -kebut-kebutan- naik sepeda motor, atau lain sebagainya.

Betapa indahnya jika kemudian jiwa berani mati ini disalurkan untuk kebaikan seperti dengan bekerja keras dalam usaha yang lebih produktif dan menegakkan keadilan. Genarasi sahabat Nabi saw. adalah contoh genarasi muda yang bergerak cepat untuk menyelamatkan bumi dari sabotase orang-orang dzalim. Karena itu pada zaman sahabat mereka mencapai masa keemasan yang indah penuh kedamaian dan kesejahteraan.

Kedua, masa muda adalah masa yang paling efektif untuk menabung amal untuk hari tua. Karena Nabi saw. menyebutkan dalam salah satu haditsnya: “Syabaabaka qabla haramika. Masa mudamu sebelum masa tuamu.”

Artinya jangan menunggu tua untuk beramal, sebab beramal di masa tua sudah banyak terbentur dengan keterbatasan. Di masa muda kita bisa bergerak cepat menghadiri majelis ilmu, membantu korban bencana, berdakwah menyebarkan Islam ke seluruh penjuru bumi dan lain sebagainya.

Berbeda dengan kondisi tua, amal shaleh baginya sangat sempit dan lebih bersifat ritual saja. Karena itu di hari Kiamat nanti, ketika manusia meniti di atas shirat, Nabi saw. menjelaskan bahwa akan ada pertanggungjawaban khusus untuk masa muda, untuk apa saja ia gunakan.

Ketiga, masa muda adalah masa yang paling kuat secara fisik maupun secara psikologis. Banyak anak muda tidak kenal lelah naik-turun gunug hanya sekedar hoby. Tidak sedikit anak muda yang tidak pernah capek mengendarai sepeda, terjun bebas dari ketinggian yang sangat curam dalam kondisi yang sangat mengerikan. Itu semua dilakukan sekedar hiburan. Alangkah baiknya jika kekuatan masa muda itu digunakan untuk bersungguh-sungguh mencari ilmu untuk memahami ilmu Islam dan mengajarkannya.

Lihatlah bagaimana ulama terdahulu telah menggunakan masa muda mereka untuk sesuatu yang bermakna bagi umat ini. Imam Bukhari dan Iman Muslim mampu mengumpulkan hadits-hadits Nabi saw. dan menyeleksinya secara ketat sehingga menjadi karya monumental yang tidak saja menyelamatkan umat tetapi lebih dari itu menyelamatkan agama.

Keempat, masa muda adalah masa subur idealisme. Banyak peristiwa-peirstiwa besar dalam sejarah adalah karena idealisme masa muda. Semangat kemerdekaan yang telah mengantarkan negeri ini bebas dari penjajahan adalah karena gelora idealisme anak-anak muda masa itu.

Lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kini kita kenang selalu, adalah bukti kongkrit pentingnya masa muda sebagai titik tolak idealisme menuju pembaharuan hidup yang lebih baik. Baik secara individu, sosial, politik dan negara. Karena itu, setiap kita berbicara perbaikan sebuah negara, mulailah pertama kali dari perbaikan genarasi mudanya. Jangan bermimpi memperbaiki negara, bila pemudanya hancur secara spiritual, hidup dalam gelimang dosa dan kebobrokan moral. Generasi muda hari ini adalah cerminan masa depan sebuah negara.

Oleh karena itu, sudah saatnya kini generasi muda dijaga. Jangan biarkan mereka berjalan tanpa tuntunan. Tugas generasi tua adalah memberikan bimbingan, bukan melemparkan mereka ke lubang kehancuran. Bukan orang tua yang baik, bila membiarkan anak-anak mudanya rusak iman dan idealismenya.

Ingat, bahwa hanya dengan iman kokoh anak-anak muda akan menjadi sukses. Sukses secara keduniaan, lebih dari itu sukses secara akhirat. Maka sungguh sangat mengerikan bila kurikulum pendidikan hanya fokus kepada masalah-masalah keduniaan. Di sana-sini kita masih menyaksikan banyak sekolah yang hanya bisa mengantarkan anak-anak didiknya kapada keberhasilan secara dunawi, namun secara akhlak dan agama mereka gagal. Akibatnya banyak anak muda yang terbiasa berbuat maksiat dengan tanpa merasa malu di depan siapapun.

Akhir-akhir ini, seringkali keluhan para orang tua yang baik, adalah anak-anak mereka yang semakin jauh dari Allah swt. Merebaknya lembaga pendidikan swasta dengan sistem terpadu SDIT, SMPIT dsb, adalah langkah spontanitas masyarakat yang merasa prihatian akan masa depan anak muda bagi negeri ini. Mereka lakukan itu semata untuk mengimbangi lembaga-lembaga pendidikan yang hanya memperhatikan pembinaan anak-anak muda secara skill, sementara ruhani mereka dibiarkan kosong dan meronta-ronta dalam dosa-dosa.

Karena itu, mengenang peristiwa bersejarah yang kita kenal dengan sumpah pemuda sekarang ini artinya adalah membangun tekad untuk menyelamatkan iman generasi muda sehingga mereka menjadi generasi yang handal, tidak saja dalam membangun negeri ke arah yang lebih baik, aman dan sejahtera, tetapi juga lebih bernuansa persaudaraan dan kekeluargaan yang penuh tanggungjawab. Sekaligus memberi ruang gerak yang luas terhadap pemuda di dalam memimpin bangsanya, menyelamatkan negerinya dari ragam krisis. Sebagaimana tokoh-tokoh muda yang mampu menorehkan sejarah perubahan dari waktu ke waktu sepanjang hidup ini. Wallahu a’lam bishshawab.

sumber : www.dakwatuna.com
selengkapnya...

Senin, Oktober 27, 2008

Di Atas Sajadah Cinta

Masih dari hasil baca artikel di ceritacinta.net, berikut saya kutipkan kisah penuh hikmah dalam buku Di Atas Sajadah Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang menceritakan tentang seorang pemuda bernama Zahid (pas dengan nama anak saya). Mau baca artikelnya? berikut kutipan artikelnya :

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.

Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.

Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,

“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha …”

(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya …)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?

Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

***

Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.

Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq …”

(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar …)

***

Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”

“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”

“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”

“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”

“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”

“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”

“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

***

Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.

“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.

“Be…benarkah?”

“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”

“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan.

Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,

“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”

Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.

***

Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.

Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”

Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,

“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,

“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”

Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”

“Syukurlah kalau begitu.”

Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,

“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”

Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.

“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”

“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”

“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.

“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”

“Aku mau melanjutkan perjalananku!”

Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.

“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.

“Tidak usah.”

“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”

Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

***

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.

Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,

“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”

Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

***

Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.

“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.

Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”

Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,

“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

***

Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,

“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”

Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

***

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.
Wassalam
Afirah

Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.

Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :

Kepada Afirah,
Salamullahi’alaiki,
Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.
Wassalam,
Zahid

Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.

Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :

Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum,
Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.
Wassalam,
Afirah

Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.
selengkapnya...

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Pagi ini ketika asyik googling, saya menemukan sebuah blog bagus. Nama blog tersebut ceritacinta.net. Salah satu artikel yang saya baca diblog itu adalah artikel berjudul Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana. Artikelnya cukup bagus dan mengingatkan buat saya pribadi untuk lebih mencintai istri dan keluargaku. Mau baca artikelnya? berikut kutipan artikelnya :

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…” Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

For vieny, welcome to your husband’s heart.

*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.



Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002
selengkapnya...

Cinta Itu ...

“Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin selengkapnya...

Minggu, Oktober 26, 2008

Estanislao Soria, Pendeta Katolik Filipina yang Menemukan Cahaya Islam

Ketika tokoh Muslim Moro, Nur Misuari menyatakan wilayah Mindanao harus memisahkan diri dari Filipina dan menjadi negara Islam, Estanislao Soria menjadi orang yang paling menentang keinginan Misuari. Sebagai seorang tokoh agama Katolik yang lahir di Mindanao, ia menolak keras jika tanah kelahirannya diambil alih oleh orang-orang Muslim.

"Saya sangat tidak setuju dengan Misuari dan saya memelopori kampanye menentang gerakan Moro," kata Soria yang populer di panggil "Father Stan". Ketika itu, selain dikenal sebagai pendeta Katolik, Soria juga dikenal sebagai seorang sosiolog.

Sebagai seorang cendikiawan, ia tidak mau sembarangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keinginan Misuari. Soria pun melakukan riset sejarah dan sosial serta membaca artikel-artikel tentang Islam, untuk memperkuat argumennya menolak tuntutan gerakan Moro yang ingin menjadikan Mindanao sebagai tanah air bagi Muslim Filipina. Tapi siapa nyana, artikel-artikel tentang Islam yang ia baca, justru membawanya menjadi seorang Muslim.

"Sebagai orang yang memahami bahasa Latin, Yunani dan Yahudi, saya pikir saya bisa mempelajari bahasa Arab dengan mudah. Saya juga ingin menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa Arab ke bahasa Inggris dan menerjemahkan ideologi-ideologi Barat, misalnya ideologi eksistensialisme, ke dalam bahasa Arab. Tapi saya menyadari, ini adalah pekerjaan yang sulit," kata Soria seperti dikutip dari Islamonline.

Ketika itu Soria meyakini, dengan banyak menerjemahkan artikel-artikel tentang ideologi Barat ke dalam bahasa Arab, akan membuat Muslim di Mindanao menghargai ajaran Kristen daripada ajaran Islam. "Saya ingin membuka wawasan berpikir mereka tentang kekristenan karena saya banyak mendengar hal-hal negatif tentang Muslim. Saya berpikir, mereka (Muslim) harus dididik," ungkap Soria.

Tapi semakin ia mendalami bacaan-bacaanya tentang kekristenan, ia makin menyadari bahwa tokoh-tokoh gereja seperti Saint Thomas Aquinas ternyata banyak belajar dari buku-buku bacaan dan ajaran Islam. Begitu juga ideologi-ideologi dan ilmu teologi yang disebut-sebut sebagai berasal dari Barat, ternyata sudah sejak lama dibahas dalam Islam.

"Dari bacaan-bacaan itu saya mendapat pencerahan bahwa pemikiran-pemikiran tentang peradaban Barat banyak banyak yang mengambil dari ajaran-ajaran Islam. Dan setelah saya membaca lebih banyak lagi buku-buku yang ditulis pakar agama Islam, pandangan saya terhadap Islam seketika berubah," papar Soria.

"Saya bahkan menyadari bahwa Injil Barnabas lebih kredibel dibandingkan dengan keempat injil yang dibawa oleh ajaran evangelis termasuk injil Kristen. Dari hasil riset sosiologi yang saya lakukan, saya juga banyak menemukan bahwa hal-hal negatif yang sering saya dengar tentang Muslim Filipina ternyata tidak benar," tambah Soria.

Akhirnya, pada tahun 2001, Soria yang telah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun sebagai pendeta di berbagai kota di Manila, menyatakan diri masuk Islam. Setelah mengucap syahadat, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Soria. Meski demikian, masih banyak orang, termasuk teman-temannya yang Muslim memanggilnya "Father Stan."

Soria yang kini berusia 67 tahun mengatakan, ia mendapat hinaan dan kecaman dari kerabat dan rekan-rekan gerejanya ketika memutuskan menjadi seorang Muslim. Namun hinaan dan kecaman itu tidak membuatnya berat menanggalkan aktvitas kependetaan yang sudah dijalaninya selama 14 tahun dan membuatnya mantap untuk memeluk Islam.

Seiring perjalanan waktu, Soria mulai terbiasa menjalani kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim. Bagi Soria, Islam bukan sekedar agama tapi sudah menjadi jalan hidupnya. Selama tujuh tahun menjadi seorang Muslim, Soria sudah lima kali menunaikan ibadah haji, menjadi anggota Gerakan Dakwah Islam di Filipina dan tahun 2004 menikah dengan seorang perempuan berusia 24 tahun, setelah sebelumnya menjalani hidup membujang sebagai pendeta Katolik.

"Dalam Islam, kita diajarkan, jika bisa mendisplinkan diri kita, Sang Pencipta akan mengabulkan harapan-harapan kita," tandas Soria.

Menurut Soria, jika ada satu hal yang harus dicontoh umat Islam dari orang-orang Kristen adalah, gerakan mereka yang terorganisir dan terstruktur dengan sangat rapi. "Dengan memiliki struktur yang kuat seperti yang dimiliki kalangan Kristiani, akan mempermudah penyebaran Islam," kata Soria.

Salah satu cara untuk memperkuat struktur umat Islam, tambah Soria, Muslim harus membangun universitas-universitas di seluruh dunia seperti yang dilakukan kelompok misionaris Kristen di berbagai belahan dunia. (ln/iol)

sumber : www.eramuslim.com
selengkapnya...

Penambah Ilmuku