Jumat, Oktober 31, 2008

RS Mitra Keluarga Larang Berjilbab

Agar tak dipecat, karyawan lainnya terpaksa melepas jilbab.

Republika Online - BEKASI, Karena alasan mengenakan jilbab, Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat memecat salah seorang karyawannya. Tak terima perlakuan manajemen rumah sakit tersebut, Wine Mandela (26 tahun) yang bekerja di bagian fisioterapi di rumah sakit itu terpaksa mengadukan masalahnya kepada pihak terkait.

Menyusul pengaduan tersebut, Ketua Komisi D DPRD Kota Bekasi, Heri Koswara, lantas menggelar pertemuan di kantor DPRD Kota Bekasi dengan menghadirkan berbagai pihak terkait, Kamis (30/10). Di antaranya, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, Agus Darma Suwandi; Tim Pembela Muslim (TPM) selaku pengacara Wine Mandela; serta Dewi, wakil dari RS Mitra Keluarga.

Heri Koswara menceritakan, kejadian pemecatan atas Wine terjadi sejak satu bulan lalu. Namun, laporan tertulisnya baru ada sejak dua minggu yang lalu. Pihak rumah sakit menuding Wine melakukan kesalahan mengenai kewajiban mengenakan seragam. Karena itu pula, dalam pertemuan itu pihak pengacara dari TPM meminta Dewi agar mempekerjakan Wine kembali. Jika tidak, pihaknya akan memboikot agar umat Islam tidak datang berobat ke RS Mitra Keluarga Bekasi.

Menurut Agus Suwandi, kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, dari informasi yang diterima pihaknya, sebenarnya Wine sudah memenuhi aturan rumah sakit yang berlokasi di Jl A Yani, Kota Bekasi. Wine, katanya, tetap mengenakan seragam wajib perawat RS Mitra Keluarga. Hanya saja, seragam perawat berupa terusan sepanjang lutut berwarna merah muda dengan aksen bunga di leher dan ujung lengan yang pendek itu ditambah dengan manset (pelengkap penutup bagian lengan), celana panjang, serta jilbab ukuran kecil yang dimasukkan ke kerah baju. ''Lagi pula, aturan tidak boleh mengenakan jilbab tidak terdapat di UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,'' terang Agus.

Dalam pertemuan itu, pihak rumah sakit akan memberikan keputusan satu minggu lagi. Heri menambahkan, jika RS Mitra Keluarga tetap bersikeras mengeluarkan Wine, dewan serta Disnaker Kota Bekasi akan mengubah peraturan yang berlaku di rumah sakit itu. ''Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung lama, namun tidak ada yang berani melaporkan secara tertulis,'' kata Heri.

Informasi yang diperoleh Heri menyebutkan, banyak dari temannya Wine yang terpaksa melepas jilbab agar tidak dipecat. "90 persen karyawan muslimah yang mengenakan jilbab melakukan hal tersebut," ungkap Wine yang mulai berjilbab setelah dirinya melaksanakan umrah pada April lalu.

Saat itulah dia panggil Dewi, manager HRD RS Mitra Keluarga dan melarangnya mengenakan jilbab. Hingga akhirnya Wine minta dikeluarkan, namun bukan mengundurkan diri. Selanjutnya Dewi meminta Wine membuat surat pengunduran diri. Wine membuat surat pengunduran diri dengan alasan mengenakan jilbab dan surat itu tidak disetujui dan harus direvisi. Namun Wine tidak mau merevisi suratnya itu. Selanjutnya pihak rumah sakit tetap meminta Wine untuk menyerahkan seluruh atribut pekerjaannya bahkan memblokir ATM untuk gajinya.

Ketika masalah itu dikonfirmasikan, Dewi yang mewakili rumah sakit tidak mau menjawab. Ia beralasan semua urusan sudah ditangani oleh dewan. Terpisah, Sherly, sekretaris pimpinan RS Mitra Keluarga Bekasi Barat, menyatakan, pihak rumah sakit tidak pernah memecat karyawannya. ''Kecuali kalau mereka mengundurkan diri,'' ujar Sherly.

Mengenai aturan pemakaian jilbab, Sherly juga mengatakan, karyawan boleh mengenakan jilbab. Hanya saja, jilbab boleh dikenakan seusai bekerja atau di luar lingkungan pekerjaan. Menurutnya, Yulia Sutandar, selaku pimpinan belum mengetahui tentang pertemuan di Komisi D DPRD Kota Bekasi itu. c88

Ikhtisar

- RS Mitra Keluarga pecat karyawannya yang berjilbab.
- Disnaker menyatakan Wine sudah penuhi aturan rumah sakit.
- TPM minta pihak rumah sakit kembali mempekerjakan Wine.


sumber : www.republika.co.id

selengkapnya...

Kamis, Oktober 30, 2008

DPR Setujui RUU Pornografi Jadi UU

Republika Online - Setelah diwarnai berbagai dinamika selama beberapa tahun, RUU tentang Ponrografi akhirnya disetujui untuk disahkan menjadi UUU. Kesepakatan itu dicapai dalam Rapat Paripurna DPR yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis siang pukul 13.15 WIB.

Agung Laksono mengetuk palu persidangan sebagai persetujuan setelah delapan (dari 10 fraksi) menyampaikan persetujuan yang disampaikan melalui juru bicaranya.

Setelah fraksi-fraksi menyatakan setuju, Agung mempersilakan Menteri Agama Maftuh Basyuni untuk menyampaikan pendapat akhir pemerintah. Pemerintah menyambut baik RUU ini dan menyetujui untuk segera diundangkan.

Persetujuan atas RUU ini diwarnai "walk out" dua fraksi, yaitu PDIP dan Partai Damai Sejahtera (PDS). Sikap itu diambil di awal pembukaan rapat paripurna pada Kamis pagi.

Sikap PDIP yang menolak RUU Pornografi bukan hanya ditunjukkan di rapat paripurna ini, tetapi juga sudah ditunjukkan dalam rapat-rapat di tingkat Pansus dan di tingkat Panitia Kerja (Panja)

Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) yang sebelumnya juga keberatan dengan pengesahan RUU ini, akhirnya dapat menerima dan menyetujui untuk segera diundangkan. Bahkan PKB mendorong pemerintah segera melakukan sosialisasi atas RUU ini.- ant/ah

sumber : www.republika.co.id
selengkapnya...

Rabu, Oktober 29, 2008

Berkelana ke kota Az Zahra, Cordova, Spanyol

Pagi ini saat membaca artikel di dakwatuna.com ada sebuah artikel mengenai masjid tertua yang ditemukan di Spanyol tepatnya di kota Cordova. Dahulu, kota Cordova merupakan bagian dari pemerintahan Islam di Andalusia. Umat muslim menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M. di bawah komando Panglima Thariq bin Ziad, setelah melewati gunung dengan membawa perahu besar di kota Thonjah sebelah utara Maroko, yang kemudian gunung itu dinamai “Jabal Thariq” sebelah selatan wilayah Andalusia.

Setelah membaca artikel tersebut, ada keinginta
huan yang sangat pada diri saya untuk mengetahui letak dan foto2 kota Cordova khususnya kota Az Zahra yang diceritakan dalam artikel.

Dengan bantuan Google Earth saya mulai menjelajahi bola dunia untuk mencari kota Cordova dan kota Az Zahra di Spanyol. Berikut gambar2 hasil penjelajahan saya tersebut :


1. Letak kota Cordova

Kota Cordova terletak di selatan Spanyol antara kota Madrid di utara dan selat Gilbatar yang merupakan pemisah benua Afrika dan Eropa di selatan.
Melihat lokasi kota ini kita bisa lihat betapa luar biasanya semangat para salafus shalih (orang2 shalih terdahulu) yang dipimpin panglima Thariq bi Ziad dalam menyebarkan Islam.


2. Kota Cordova dari Udara














3. Masjid Cordova





























4. Madine Az Zahra (Kota Az Zahra) di Cordova

































itulah hasil berkelana sambil tafakkur ke kota Az Zahra, Cordova, Spanyol yang insya Alloh memberikan semangat kita untuk senantiasa menuntut ilmu dan berdakwah di jalan Alloh sebagaimana telah dicontohkan para salafus shalih.


sumber foto : google earth, www.panoramio.com, www.flickr.com
selengkapnya...

Sumpah Pemuda : Pemuda Dalam Lintasan Sejarah

dakwatuna.com - Pemuda adalah generasi yang paling menentukan. Dalam Al Qur’an Allah swt. selalu menegaskan pentingnya masa muda. Ashhabul kahfi digambarkan oleh Allah bahwa mereka adalah sekelompok anak muda. Allah berfirman: “Innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaa. Mereka adalah anak muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan hidayah untuk mereka.”Dari ayat ini nampak bahwa masalah kepemudaan oleh Allah sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat. Dari apa yang pernah kita alami dan kita saksikan ada beberapa keistimewaan masa muda yang penting untuk digaris bawahi di sini:

Pertama, masa muda adalah masa yang penuh keberanian. Kita temukan di sekitar kita banyak anak muda berani mati, hanya sayangnya itu dilampiaskan dalam bentuk prilaku yang kurang produktif, seperti dengan menari-nari di atas gerbong kereta, berjoget-joget di atas metromini yang sedang laju dengan kecepatan yang tinggi, atau dengan tawuran antar kelompok atau fakultas dengan saling melempar batu, bahkan tidak sedikit yang sampai saling membunuh, atau dengan trek-trekan -kebut-kebutan- naik sepeda motor, atau lain sebagainya.

Betapa indahnya jika kemudian jiwa berani mati ini disalurkan untuk kebaikan seperti dengan bekerja keras dalam usaha yang lebih produktif dan menegakkan keadilan. Genarasi sahabat Nabi saw. adalah contoh genarasi muda yang bergerak cepat untuk menyelamatkan bumi dari sabotase orang-orang dzalim. Karena itu pada zaman sahabat mereka mencapai masa keemasan yang indah penuh kedamaian dan kesejahteraan.

Kedua, masa muda adalah masa yang paling efektif untuk menabung amal untuk hari tua. Karena Nabi saw. menyebutkan dalam salah satu haditsnya: “Syabaabaka qabla haramika. Masa mudamu sebelum masa tuamu.”

Artinya jangan menunggu tua untuk beramal, sebab beramal di masa tua sudah banyak terbentur dengan keterbatasan. Di masa muda kita bisa bergerak cepat menghadiri majelis ilmu, membantu korban bencana, berdakwah menyebarkan Islam ke seluruh penjuru bumi dan lain sebagainya.

Berbeda dengan kondisi tua, amal shaleh baginya sangat sempit dan lebih bersifat ritual saja. Karena itu di hari Kiamat nanti, ketika manusia meniti di atas shirat, Nabi saw. menjelaskan bahwa akan ada pertanggungjawaban khusus untuk masa muda, untuk apa saja ia gunakan.

Ketiga, masa muda adalah masa yang paling kuat secara fisik maupun secara psikologis. Banyak anak muda tidak kenal lelah naik-turun gunug hanya sekedar hoby. Tidak sedikit anak muda yang tidak pernah capek mengendarai sepeda, terjun bebas dari ketinggian yang sangat curam dalam kondisi yang sangat mengerikan. Itu semua dilakukan sekedar hiburan. Alangkah baiknya jika kekuatan masa muda itu digunakan untuk bersungguh-sungguh mencari ilmu untuk memahami ilmu Islam dan mengajarkannya.

Lihatlah bagaimana ulama terdahulu telah menggunakan masa muda mereka untuk sesuatu yang bermakna bagi umat ini. Imam Bukhari dan Iman Muslim mampu mengumpulkan hadits-hadits Nabi saw. dan menyeleksinya secara ketat sehingga menjadi karya monumental yang tidak saja menyelamatkan umat tetapi lebih dari itu menyelamatkan agama.

Keempat, masa muda adalah masa subur idealisme. Banyak peristiwa-peirstiwa besar dalam sejarah adalah karena idealisme masa muda. Semangat kemerdekaan yang telah mengantarkan negeri ini bebas dari penjajahan adalah karena gelora idealisme anak-anak muda masa itu.

Lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kini kita kenang selalu, adalah bukti kongkrit pentingnya masa muda sebagai titik tolak idealisme menuju pembaharuan hidup yang lebih baik. Baik secara individu, sosial, politik dan negara. Karena itu, setiap kita berbicara perbaikan sebuah negara, mulailah pertama kali dari perbaikan genarasi mudanya. Jangan bermimpi memperbaiki negara, bila pemudanya hancur secara spiritual, hidup dalam gelimang dosa dan kebobrokan moral. Generasi muda hari ini adalah cerminan masa depan sebuah negara.

Oleh karena itu, sudah saatnya kini generasi muda dijaga. Jangan biarkan mereka berjalan tanpa tuntunan. Tugas generasi tua adalah memberikan bimbingan, bukan melemparkan mereka ke lubang kehancuran. Bukan orang tua yang baik, bila membiarkan anak-anak mudanya rusak iman dan idealismenya.

Ingat, bahwa hanya dengan iman kokoh anak-anak muda akan menjadi sukses. Sukses secara keduniaan, lebih dari itu sukses secara akhirat. Maka sungguh sangat mengerikan bila kurikulum pendidikan hanya fokus kepada masalah-masalah keduniaan. Di sana-sini kita masih menyaksikan banyak sekolah yang hanya bisa mengantarkan anak-anak didiknya kapada keberhasilan secara dunawi, namun secara akhlak dan agama mereka gagal. Akibatnya banyak anak muda yang terbiasa berbuat maksiat dengan tanpa merasa malu di depan siapapun.

Akhir-akhir ini, seringkali keluhan para orang tua yang baik, adalah anak-anak mereka yang semakin jauh dari Allah swt. Merebaknya lembaga pendidikan swasta dengan sistem terpadu SDIT, SMPIT dsb, adalah langkah spontanitas masyarakat yang merasa prihatian akan masa depan anak muda bagi negeri ini. Mereka lakukan itu semata untuk mengimbangi lembaga-lembaga pendidikan yang hanya memperhatikan pembinaan anak-anak muda secara skill, sementara ruhani mereka dibiarkan kosong dan meronta-ronta dalam dosa-dosa.

Karena itu, mengenang peristiwa bersejarah yang kita kenal dengan sumpah pemuda sekarang ini artinya adalah membangun tekad untuk menyelamatkan iman generasi muda sehingga mereka menjadi generasi yang handal, tidak saja dalam membangun negeri ke arah yang lebih baik, aman dan sejahtera, tetapi juga lebih bernuansa persaudaraan dan kekeluargaan yang penuh tanggungjawab. Sekaligus memberi ruang gerak yang luas terhadap pemuda di dalam memimpin bangsanya, menyelamatkan negerinya dari ragam krisis. Sebagaimana tokoh-tokoh muda yang mampu menorehkan sejarah perubahan dari waktu ke waktu sepanjang hidup ini. Wallahu a’lam bishshawab.

sumber : www.dakwatuna.com
selengkapnya...

Senin, Oktober 27, 2008

Di Atas Sajadah Cinta

Masih dari hasil baca artikel di ceritacinta.net, berikut saya kutipkan kisah penuh hikmah dalam buku Di Atas Sajadah Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang menceritakan tentang seorang pemuda bernama Zahid (pas dengan nama anak saya). Mau baca artikelnya? berikut kutipan artikelnya :

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.

Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.

Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,

“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha …”

(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya …)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?

Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

***

Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.

Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq …”

(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar …)

***

Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”

“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”

“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”

“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”

“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”

“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”

“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

***

Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.

“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.

“Be…benarkah?”

“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”

“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan.

Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,

“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”

Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.

***

Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.

Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”

Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,

“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,

“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”

Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”

“Syukurlah kalau begitu.”

Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,

“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”

Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.

“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”

“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”

“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.

“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”

“Aku mau melanjutkan perjalananku!”

Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.

“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.

“Tidak usah.”

“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”

Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

***

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.

Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,

“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”

Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

***

Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.

“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.

Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”

Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,

“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

***

Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,

“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”

Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

***

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.
Wassalam
Afirah

Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.

Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :

Kepada Afirah,
Salamullahi’alaiki,
Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.
Wassalam,
Zahid

Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.

Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :

Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum,
Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.
Wassalam,
Afirah

Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.
selengkapnya...

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Pagi ini ketika asyik googling, saya menemukan sebuah blog bagus. Nama blog tersebut ceritacinta.net. Salah satu artikel yang saya baca diblog itu adalah artikel berjudul Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana. Artikelnya cukup bagus dan mengingatkan buat saya pribadi untuk lebih mencintai istri dan keluargaku. Mau baca artikelnya? berikut kutipan artikelnya :

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…” Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

For vieny, welcome to your husband’s heart.

*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.



Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002
selengkapnya...

Cinta Itu ...

“Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin selengkapnya...

Minggu, Oktober 26, 2008

Estanislao Soria, Pendeta Katolik Filipina yang Menemukan Cahaya Islam

Ketika tokoh Muslim Moro, Nur Misuari menyatakan wilayah Mindanao harus memisahkan diri dari Filipina dan menjadi negara Islam, Estanislao Soria menjadi orang yang paling menentang keinginan Misuari. Sebagai seorang tokoh agama Katolik yang lahir di Mindanao, ia menolak keras jika tanah kelahirannya diambil alih oleh orang-orang Muslim.

"Saya sangat tidak setuju dengan Misuari dan saya memelopori kampanye menentang gerakan Moro," kata Soria yang populer di panggil "Father Stan". Ketika itu, selain dikenal sebagai pendeta Katolik, Soria juga dikenal sebagai seorang sosiolog.

Sebagai seorang cendikiawan, ia tidak mau sembarangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keinginan Misuari. Soria pun melakukan riset sejarah dan sosial serta membaca artikel-artikel tentang Islam, untuk memperkuat argumennya menolak tuntutan gerakan Moro yang ingin menjadikan Mindanao sebagai tanah air bagi Muslim Filipina. Tapi siapa nyana, artikel-artikel tentang Islam yang ia baca, justru membawanya menjadi seorang Muslim.

"Sebagai orang yang memahami bahasa Latin, Yunani dan Yahudi, saya pikir saya bisa mempelajari bahasa Arab dengan mudah. Saya juga ingin menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa Arab ke bahasa Inggris dan menerjemahkan ideologi-ideologi Barat, misalnya ideologi eksistensialisme, ke dalam bahasa Arab. Tapi saya menyadari, ini adalah pekerjaan yang sulit," kata Soria seperti dikutip dari Islamonline.

Ketika itu Soria meyakini, dengan banyak menerjemahkan artikel-artikel tentang ideologi Barat ke dalam bahasa Arab, akan membuat Muslim di Mindanao menghargai ajaran Kristen daripada ajaran Islam. "Saya ingin membuka wawasan berpikir mereka tentang kekristenan karena saya banyak mendengar hal-hal negatif tentang Muslim. Saya berpikir, mereka (Muslim) harus dididik," ungkap Soria.

Tapi semakin ia mendalami bacaan-bacaanya tentang kekristenan, ia makin menyadari bahwa tokoh-tokoh gereja seperti Saint Thomas Aquinas ternyata banyak belajar dari buku-buku bacaan dan ajaran Islam. Begitu juga ideologi-ideologi dan ilmu teologi yang disebut-sebut sebagai berasal dari Barat, ternyata sudah sejak lama dibahas dalam Islam.

"Dari bacaan-bacaan itu saya mendapat pencerahan bahwa pemikiran-pemikiran tentang peradaban Barat banyak banyak yang mengambil dari ajaran-ajaran Islam. Dan setelah saya membaca lebih banyak lagi buku-buku yang ditulis pakar agama Islam, pandangan saya terhadap Islam seketika berubah," papar Soria.

"Saya bahkan menyadari bahwa Injil Barnabas lebih kredibel dibandingkan dengan keempat injil yang dibawa oleh ajaran evangelis termasuk injil Kristen. Dari hasil riset sosiologi yang saya lakukan, saya juga banyak menemukan bahwa hal-hal negatif yang sering saya dengar tentang Muslim Filipina ternyata tidak benar," tambah Soria.

Akhirnya, pada tahun 2001, Soria yang telah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun sebagai pendeta di berbagai kota di Manila, menyatakan diri masuk Islam. Setelah mengucap syahadat, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Soria. Meski demikian, masih banyak orang, termasuk teman-temannya yang Muslim memanggilnya "Father Stan."

Soria yang kini berusia 67 tahun mengatakan, ia mendapat hinaan dan kecaman dari kerabat dan rekan-rekan gerejanya ketika memutuskan menjadi seorang Muslim. Namun hinaan dan kecaman itu tidak membuatnya berat menanggalkan aktvitas kependetaan yang sudah dijalaninya selama 14 tahun dan membuatnya mantap untuk memeluk Islam.

Seiring perjalanan waktu, Soria mulai terbiasa menjalani kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim. Bagi Soria, Islam bukan sekedar agama tapi sudah menjadi jalan hidupnya. Selama tujuh tahun menjadi seorang Muslim, Soria sudah lima kali menunaikan ibadah haji, menjadi anggota Gerakan Dakwah Islam di Filipina dan tahun 2004 menikah dengan seorang perempuan berusia 24 tahun, setelah sebelumnya menjalani hidup membujang sebagai pendeta Katolik.

"Dalam Islam, kita diajarkan, jika bisa mendisplinkan diri kita, Sang Pencipta akan mengabulkan harapan-harapan kita," tandas Soria.

Menurut Soria, jika ada satu hal yang harus dicontoh umat Islam dari orang-orang Kristen adalah, gerakan mereka yang terorganisir dan terstruktur dengan sangat rapi. "Dengan memiliki struktur yang kuat seperti yang dimiliki kalangan Kristiani, akan mempermudah penyebaran Islam," kata Soria.

Salah satu cara untuk memperkuat struktur umat Islam, tambah Soria, Muslim harus membangun universitas-universitas di seluruh dunia seperti yang dilakukan kelompok misionaris Kristen di berbagai belahan dunia. (ln/iol)

sumber : www.eramuslim.com
selengkapnya...

Zionis Israel Larang Dokter Masuk ke Jalur Gaza

Puluhan orang, diantaranya belasan dokter spesialis kesehatan mental melakukan aksi unjuk rasa, memprotes tindakan Israel yang tidak mau membuka perbatasan-perbatasan jalur Gaza, sehingga mereka tidak bisa hadir dalam konferensi yang diselenggarakan di wilayah itu.

Sekitar 70 orang yang menggelar aksi protes terhadap Israel, membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan "Let Gaza Live" dan "Israel: A Medical Conference is A Security Threat?"

Otoritas Israel melarang para dokter dari sejumlah negara masuk ke Gaza, padahal konferensi yang diselenggarakan oleh WHO itu akan dimulai hari ini, Senin (27/10). Para dokter Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat rencananya juga akan mengikuti jalannya konferensi lewat fasilitas video-konferensi. Konferensi akan membahas dampak blokade Israel terhadap kesehatan mental warga Jalur Gaza.

Israel membantah tudingan para dokter yang mengatakan bahwa otoritas rezim Zionis itu telah menghalang-halangi tugas mereka sebagai dokter. Namun Israel beralasan, mereka akan mengizinkan para dokter masuk ke Gaza hanya untuk keperluan memberikan perawatan kesehatan dan bukan untuk menghadiri konferensi di wilayah yang oleh Israel disebut sebagai "wilayah yang berada dibawah kontrol para teroris."

Para teroris yang dimaksud Israel adalah Hamas, yang sejak bulan Juni 2007 menguasai Jalur Gaza dan sejak itu Israel melakukan blokade dengan menutup semua perbatasan ke Gaza dan membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah itu. (ln/aby)

sumber : www.eramuslim.com
selengkapnya...

Tips Menjadi Bendahara Visioner

Pagi ini saya ketemu sahabat lama yang udah lama nggak ketemu. Sahabat saya ini adalah Edy Nashruddin, edy sang penolong agama Alloh. kami ketemu dalam satu jaringan di google talk. Saat ini dia sedang mengucil di sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, tepatnya Atambua.

Dari percakapan singkat di gtalk, barulah saya ketahui bahwa ternyata sahabat edy sekarang adalah seorang bendahara pengeluaran pada sebuah instansi di kota Atambua.
Mumpung lagi chat sama beliau, sekalian aja saya tanyakan tips menjadi bendahara yang punya prinsip (ato bahasa kerennya bendahara visioner) dalam kebenaran, soalnya kapan lagi dapat ilmu dari ustadz yang bendahara, sekalian seluruh bendahara di dunia bisa dapat manfaat dari beliau juga.

Berikut kutipan chat kami :
abu zahid: akhi, kasih tips jadi bendahara yang visoner donk
visioner = punya visi

edy: mengeluarkan dana atas perintah KPA sebatas untuk keperluan kantor
diluar itu, ada catatan khusus

abu zahid: catatan khusus?

edy: misi: 1. pencatatan yang rapi, detail dan lengkap
2. menghindari sepeserpun uang yang dikelola masuk ke kantong pribadi
3. bukti pengeluaran yg terdokumentasikan

- chat terputus



selengkapnya...

PALU = PAdam meluLU

Jl. Basuki Rahmat, Kota Palu

24 Oktober 2008
04.00 Wita Listrik menyala
10.00 Wita Listrik padam
13.30 Wita Listrik menyala
19.00 Wita Listrik padam

25 Oktober 2008
03.00 Wita Listrik menyala
07.00 Wita Listrik padam
11.00 Wita Listrik menyala
14.00 Wita Listrik padam
19.00 Wita Listrik menyala

itu cuma catatan kecil saya dalam dua hari ini.
selama satu minggu terakhir ini Palu mulai 'kumat'.
terangnya kota ini tidak jauh lebih lama dari gelapnya.
menyedihkan T_T ...

selengkapnya...

Kamis, Oktober 23, 2008

Aktivis Pembebasan Gaza Siapkan Misi Kedua Lawan Blokade Israel

Aktivis organisasi Free Gaza Movement akan melakukan misi pelayaran kedua ke Jalur Gaza, sebagai protes atas blokade Israel terhadap wilayah Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama satu tahun. Misi pertama dilakukan sekitar bulan Agustus kemarin, dimana 46 aktivis yang berasal dari berbagai negara berhasil menembus blokade Israel ke Jalur Gaza.

Misi kedua akan dilaksanakan tanggal 28 Oktober mendatang, melibatkan sekitar 29 aktivis yang tergabung dalam organisasi yang menggalang solidaritas bagi warga Gaza itu. Menurut kordinator Free Gaza Movement, para aktivis itu akan berlayar dari pelabuhan Cyprus menuju Gaza dengan menggunakan kapal penangkap ikan. Para aktivis ini akan membawa bantuan kemanusiaan dan obat-obatan untuk warga Palestina di Gaza.

Diantara para aktivis yang ikut dalam misi kedua ini adalah pemenang Nobel asal Irlandia, Mairead McGuire dan anggota Dewan Legislatif Palestina, Mustafa Barghouti serta MK Jamal Zahalka.

Pada misi pertama bulan Agustus kemarin, aktivis Free Gaza Movement yang ikut berlayar dengan menggunakan dua kapal motor milik Yunani antara lain Lauren Booth, saudara ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair dan Hedy Epstein, korban Holocaust yang selamat.

Saat misi pertama, para aktivis ini menerima beberapa kali peringatan dari rezim Zionis Israel agar tidak masuk ke wilayah perairan Gaza. Otoritas berwenang Israel bahkan mengganggu komunikasi di kapal para aktivis itu dan memerintahkan angkatan lautnya untuk mencegah para aktivis masuk ke perairan Gaza. Tapi mereka berhasil menembus blokade Israel dan masuk ke wilayah Gaza pada 23 Agustus lalu. (ln/prtv)

sumber : www.eramuslim.com
selengkapnya...

Rabu, Oktober 22, 2008

Cara Jitu Mengusir Serangga

Saat membuka situs www.iptek.net.id saya mendapatkan artikel tips & trik mengusir serangga. Berikut tips & trik nya :

Semut : takut rasa asam. Cara mengusirnya : Jeruk nipis segar kita belah jadi dua, peras dan teteskan pada sepanjang jalur yang dilalui semut. Juga oleskan bagian daging buah jeruk nipis pada jalur yang dilalui semut. Ini merupakan cara penanggulangan yang bebas racun, tanpa pencemaran dan aman!

Nyamuk : Aroma bawang putih yang pedas dan menyengat paling ditakuti oleh nyamuk. Bila ingin mengusir nyamuk, selain harus rajin membersihkan lingkungan, maka bila memungkinkan, cara terbaik adalah menanam bawang putih. Bila tidak, juga boleh dengan meletakkan bawang putih dalam kantong jaring dan gantunglah pada daerah yang banyak nyamuknya. Dalam kondisi demikian, nyamuk yang paling ganas pun tidak akan berani mendekat!

Kecoa : takut aroma harum. Untuk mengatasi kecoa yang paling suka sembunyi di dapur (biasanya dapur basah), maka kita ambil sabun batangan yang dipotong kecil-kecil. Kemudian potongan sabun ini kita letakkan di mangkok kecil (atau lainnya) yang diisi air bersih secukupnya, lalu mangkuk ini kita letakkan pada tempat di mana kecoa biasa muncul. Tak sampai beberapa hari, kecoa akan lenyap tanpa jejak. Tetapi harus rutin menambah air bersih dalam tempat sabun tadi, dengan demikian hasilnya baru bisa berlanjut. Bila ada anak kecil dalam rumah, maka harus waspada untuk menjaga keamanan; jangan sampai termakan!

Sumber: Erabaru.or.id / Irfani Ahmad

selengkapnya...

Aboutaleb, Walikota Muslim Pertama Rotterdam

Rotterdam kota terbesar kedua Belanda akan memiliki seorang walikota Muslim pertama kelahiran Maroko mulai 1 Januari 2009. Ahmed Aboutaleb, Jumat, diperkenalkan sebagai walikota masa depan oleh dewan kota itu.

Pemerintah masih akan menyetujui pengangkatan Aboutaleb, 47 tahun, tetapi ini dianggap satu formalitas. Politisi Partai Buruh itu adalah walikota pertama yang dilahirkan dan dibesarkan di luar Belanda. Ia juga warga Muslim pertama menjadi walikota di Belanda.

Aboutaleb lahir di Maroko dan merantau ke Belanda pada usia 14 tahun. Ia sekarang menjabat deputi menteri urusan sosial, dan sebelumnya adalah anggota dewan kota di Amsterdam.

Partai terbesar kedua dalam dewan kota Rotterdam, Leefbaar Rotterdam, menanggapi secara serius perkembangan itu, mengecam fakta bahwa Aboutaleb memiliki dua kewarganegaraan, Maroko dan Belanda. Fleur Agema, anggota dewan dari Partai Kebebasan (PVV), mendukung hal itu dan akan meminta satu pertemuan darurat parlemen tentang kemungkinan pengangkatan tersebut.

Kontoversi tentang kewarganegaraan Aboutaleb dalam arena politik Belanda ini merupakan yang kedua kalinya dalam dua tahun terakhir. Mengenai pengangkatannya sebagai deputi menteri, Partai Kebebasan juga mengecam fakta bahwa Aboutaleb memiliki dwi kewarganegaraan. "Paling tidak menimbulkan penampilan kesetiaan ganda," kata Agema.

Kedua partai itu mendukung satu kebijakan imigrasi yang ketat dan tindakan-tindakan keras terhadap kejahatan oleh para migran. Akan tetapi Walikota Amsterdam, Job Cohen (Buruh) memuji Aboutaleb dengan menyebutnya "berkemampuan tinggi".

Tapi, ia juga mengecam kenyataan bahwa Buruh kini menduduki tiga jabatan walikota dari empat kota terbesar Belanda, serta mayoritas di kota-kota berukuran menengah. "Tidak memiliki walikota dari partai terbesar pemerintah Demokrat Kristen akan sulit menerima dana nasional untuk proyek-proyek lokal," kata Cohen.

Para warga Maroko tidak dapat mencabut kewarganegaraan mereka. Bahkan anak-anak mereka yang lahir di Belanda secara otomatis warga Maroko.

Usaha Belanda yang berulang kali mencoba berunding dengan Maroko untuk mencabut kewarganegaraan Maroko mereka selalu mengalami kegagalan. Sekitar 45 persen dari 582.000 warga Rotterdam tidak lahir di Rotterdam atau memiliki orang tua yang lahir di negara asing.

Di Rotterdam, yang memiliki masalah-masalah luas sosial ekonomi, kejahatan yang melibatkan masyarakat migran dalam masalah sekarang yang menimbulkan ketegangan dengan warga-warga kelahiran Belanda. ant/dpa/is

sumber : www.replubika.co.id
selengkapnya...

Non-Muslim di Inggris Beralih ke Bank-Bank Islami

Ketika bank-bank konvensional terlilit masalah akibat krisis keuangan, Islamic Bank of Britain (IBB) malah kebanjiran nasabah. Menurut IBB, sejak krisis keuangan melanda industri perbankan konvensional, jumlah nasabah IBB meningkat sebesar lima persen, termasuk nasabah sektor pembiyaan yang naik menjadi 13 persen. Di antara nasabah-nasabah baru itu, banyak nasabah non-Muslim.

Direktur Komersil IBB, Sultan Choudhury mengatakan, orang kini beralih ke bank Islami karena bank-bank berbasis Islam memiliki perlindungan yang lebih baik dari pengaruh kredit macet yang saat ini menimpa bank-bank konvensional. IBB, tambah Choudhury, tidak mengambil pinjaman berbasis bunga dari bank-bank lain dan memiliki investasi-investasi berbasis aset yang kualitasnya tinggi.

"Itu artinya, bank bersangkutan menghindari kemungkinan terjadinya ketidakstabilan seperti yang dialami bank-bank besar sekarang ini," ujar Choudhury.

Ia menambahkan, para nasabah bank kini mencari institusi keuangan yang menjadi keamanan uang mereka dan pilihan mereka sekarang adalah bank-bank berbasis Islam. Tak heran jika jumlah nasabah IBB belakangan ini meningkat, termasuk nasabah dari kalangan non-Muslim.

Nasabah non-Muslim beralih ke IBB, karena bank-bank konvensional tidak memberikan peluang atas pinjaman untuk pembiayaan perumahan selama krisis terjadi. Dan IBB akan meluncurkan skema pinjaman untuk pembelian ruman berdasarkan prinsip-prinsip pembiyaan Islami.

Selain itu, kata Choudhury, nasabah non-Muslim meyakini bahwa bank-bank berbasis Islam menawarkan konsep berbisnis yang lebih etis. "Investasi bisnis berbasis syariah, melarang investasi di sektor-sektir bisnis yang dianggap melanggar hukum. Misalnya investasi di perusahaan yang berhubungan dengan perjudian, pornografi, rokok dan komoditas lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam," jelas Choudhury. (ln/iol)

sumber : www.eramuslim.com
selengkapnya...

Dua Perasaan Berbeda

Ada dua perasaan yang pada hakikatnya sangat jauh berbeda.

Pertama adalah perasaan cemburu kalau keharaman Allah dilanggar, sehingga dia ingin untuk memelihara kemurnian agama Allah.

Sementara perasaan yang kedua adalah perasaan benci kepada hamba Allah dan keinginan untuk merendahkan mereka.

Sesungguhnya perasaan pertama terkadang bisa mengantarkan pelakunya pada puncak kemuliaan. Dia akan terhindar dari keinginan menuntut balas kepada orang lain yang menyakitinya, tidak suka mengintai kesalahan yang diperbuat orang lain, dan juga tidak akan senang dengan penderitaan yang dialami orang lain.

(Akhlak Seorang Muslim, Syaikh Muhammad Al-Ghazali) selengkapnya...

20 Asas Hasan Al-Banna

Asas Pertama,
Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.

Asas Kedua,
Al-Qur'an yang mulia dan Sunah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'assuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami Sunah yang suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya.

Asas Ketiga,
Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi, ia bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya.

Asas Keempat,
Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya, adalah kemunkaran yang harus diperangi, kecuali mantera dari ayat Qur'an atau ada riwayat dari Rasulullah saw.

Asas Kelima,
Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum, bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat-istiadat), maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya.

Asas Keenam,
Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf dan sesuai dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika tidak sesuai dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah RasulNya lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh melontarkan kepada orang-orang – oleh sebab sesuatu yang diperselisihkan dengannya – kata-kata caci maki dan celaan. Kita serahkan saja kepada niat mereka, dan mereka telah berlalu dengan amal-amalnya.

Asas Ketujuh,
Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah terhadap dalil-dalil hukum furu' (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika – bersamaan dengan sikap mengikutnya ini – ia berusaha semampu yang ia lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil selama ia percaya dengan kapasitas orang yang memberi masukan itu. Dan hendaknya ia menyempurnakan kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia termasuk orang pandai, hingga mencapai derajat pentelaah.

Asas Kedelapan,
Khilaf dalam masalah fiqih furu' (cabang) hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah dalam agama, tidak menyebabkan permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap mujtahid mendapatkan pahalanya. Sementara itu, tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik.

Asas Kesembilan,
Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya – sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu – adalah kegiatan yang dilarang secara syar'i. Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang masalah yang tidak benar-benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat Al-Qur'an yang kandungan maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau memperbincangkan perihal perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi di antara para sahabat (padahal masing-masing dari mereka memiliki keutamaannya sebagai sahabat Nabi dan pahala niatnya) Dengan ta'wil (menafsiri baik perilaku para sahabat) kita terlepas dari persoalan.

Asas Kesepuluh,
Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian (dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah Islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya, serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya, kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya tanpa ta'wil dan ta'thil, serta tidak memperuncing perbedaan yang terjadi di antara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya.
"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayatayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."' (Ali lmran: 7)

Asas Kesebelas,
Setiap bid'ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya tetapi dianggap baik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid'ah lain yang lebih parah.

Asas Kedua belas,
Perbedaan pendapat dalam masalah bid'ah idhafiyah), bid'ah tarkiyah), dan iltizam) terhadap ibadah mutlaqah (yang tidak ditetapkan, baik cara maupun waktunya) adalah perbedaan dalam masalah fiqih. Setiap orang mempunyai pendapat sendiri. Namun tidaklah mengapa jika. dilakukan penelitian untuk mendapatkan hakekatnya dengan dalil dan bukti-bukti.

Asas Ketiga belas,
Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah mereka yang disebut dalam firman-Nya,
"Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa."
Karamah pada mereka itu benar terjadi jika memenuhi syarat-syarat syar'inya. Itu semua dengan suatu keyakinan bahwa mereka – semoga Allah meridhai merekatidak memiliki madharat dan manfaat bagi dirinya, baik ketika masih hidup maupun setelah mati, apalagi bagi orang lain.

Asas Keempat belas,
Ziarah kubur – kubur siapa pun – adalah sunah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah saw. Akan tetapi, meminta pertolongan kepada penghuni kubur siapa pun mereka, berdoa kepadanya, memohon pemenuhan hajat (baik dari jarak dekat maupun dari kejauhan), bernadzar untuknya, membangun kuburnya, menutupinya dengan satir, memberikan penerangan, mengusapnya (untuk mendapatkan barakah), bersumpah dengan selain Allah dan segala sesuatu yang serupa dengannya adalah bid'ah besar yang wajib diperangi. juga janganlah mencari ta'wil (baca: pembenaran) terhadap berbagai perilaku itu, demi menutup pintu fitnah yang lebih parah lagi.

Asas Kelima belas,
Doa, apabila diiringi tawasul kepada Allah dengan salah satu makhluk-Nya adalah perselisihan furu'menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk masalah aqidah.

Asas Keenam belas,
Istilah ' (keliru yang sudah mentradisi) tidak mengubah hakekat hukum syar'inya. Akan tetapi, ia harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan syariat itu, dan kita berpedoman dengannya. Di samping itu, kita harus berhati-hati terhadap berbagai istilah yang menipu), yang sering digunakan dalam pembahasan masalah dunia dan agama. lbrah itu ada pada esensi di balik suatu nama, bukan pada nama itu sendiri.

Asas Ketujuh belas,
Aqidah adalah pondasi aktivitas; aktivitas hati lebih penting daripada aktivitas fisik. Namun, usaha untuk menyempurnakan keduanya merupakan tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan masing-masingnya berbeda.

Asas Kedelapan belas,
Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk melakukan telaah terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, dan menyambut hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat. "Hikmah adalah barang yang hilang milik orang yang beriman (mukmin). Barangsiapa mendapatkannya, ia adalah orang yang paling berhak atasnya. "

Asas Kesembilan belas,
Pandangan syar'i dan pandangan logika memiliki wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda (selalu beririsan) dalam masalah yang qath'i (absolut) Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat yang tsabitah (jelas). Sesuatu yang zhanni (interpretable) harus ditafsirkan agar sesuai dengan yang qath'i. Jika yang berhadapan adalah dua hal yang sama-sama zhanni, maka pandangan yang syar'i lebih utama untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenarannya, atau gugur sama sekali.

Asas Kedua puluh,
Kita tidak mengkafirkan seorang muslim, yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan kewajiban-kewajibannya, baik karena lontaran pendapat maupun karena kemaksiatannya, kecuali jika ia mengatakan kata-kata kufur, mengingkari sesuatu yang telah diakui sebagai bagian penting dari agama, mendustakan secara terang-terangan Al-Qur'an, menafsirkannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, atau berbuat sesuatu yang tidak mungkin diinterpretasikan kecuali dengan tindakan kufur.
selengkapnya...

Minggu, Oktober 19, 2008

2 TAHUN KELILING SULAWESI

Makassar [Nov ’06 - Nov ‘07]

Perjalanan di Sulawesi diawali di bandara Hasanuddin, Makassar pada tanggal 29 Oktober 2006. Setelah menepuh perjalanan selama + 2 jam dari kota kelahiranku Jakarta dengan menggunakan jasa Mandala Airlines.


Dalam rangka pekerjaan, untuk pertama kalinya sejak lahir, saya akan tinggal dalam waktu yang lama di luar Jakarta. Cukup mengharukan, karena saya harus berpisah dengan keluarga, sahabat, dan bidadariku yang baru 71 hari kupinang dan untuk saat ini belum saya bawa serta ke Makassar. Rencananya, 1-2 bulan survey cari kontrakan dan mengenal lingkungan kota Makassar yang katanya ‘seram’, setelah itu tiba waktunya menjemput bidadariku :) ...

Makassar kota yang cukup besar, tapi tetap tak sebesar Jakarta. Dua hari ke depan, bersama satu orang teman yang juga baru ditugaskan di Makassar, Nanang Findhi Ismail, kami disediakan sebuah kamar di mess belakang kantor. Dalam waktu tersebut kami harus secepatnya mencari tempat tinggal : bisa kos, kontrakan, ato syukur2x apartemen (he8x).

Alhamdulillah, kami dapat bantuan dari teman satu kantor. Kami berdua diijinkan menempati salah satu rumahnya sampai kami dapat tempat tinggal yang layak. Rumahnya cukup bagus. Ada dua kamar tidur, perlengkapan rumah tangga, perabotan, tv, dll.

Akhir Desember ’06, tiba waktunya menjemput bidadariku. Insya Allah rencana awal sudah dipenuhi: (1) Kontrakan dan (2) Pengenalan Lingkungan.

Kontrakan Alhamdulillah udah dapet : Rumah teman kantor yang saya tempati sama Nanang setelah dua hari nginap di mess. Alhamdulillah umah teman tersebut akhirnya dikontrakin setelah saya nego, setahun Rp5 juta, dibayar 2x, maklum gaji dari kantor sangat ngepas untuk hidup pas-pasan, jadi belum punya tabungan yang mencukupi. Sedangkan Nanang pindah ke kos2an dekat Universitas Negeri Makassar (UNM : orang Makassar nyebutnya ‘UNEM’ atau IKIP)

Untuk pengenalan lingkungan, Alhamdulillah udah mulai memahami Makassar dan para penghninya. Secara umum fasilitas di kota ini cukup komplit, macetnya nggak kayak di Jakarta, kotanya tidak seluas Jakarta jadi kemana-mana cukup dekat, rute angkot agak ‘aneh’ jadi setiap naik angkot harus ditanya dulu “lewat sini nggak pak...?” dan tarifnya flat : jauh-dekat IDR 2,000, kotanya panas euy, dan orang2nya cukup banyak – nggak semua – yang ‘keras’.

[Insya Alloh nanti nyambung lagi ...]


selengkapnya...

Penambah Ilmuku