Kamis, Desember 24, 2009

25 Desember 2008

Hari ini tepat setahun yang lalu, 25 Desember 2008, pagi hari, saya bersama dua orang sahabat sekantor beranjak ke bandara mutiara di kota Palu untuk terus melanjutkan perjalanan menuju kehangatan keluarga di tanah kelahiran masing-masing.

Bang zili, tetangga kontrakan yang telah menjadi saudara fiLLah, akan menghabiskan liburan akhir tahunnya di palembang, berkumpul kembali dengan istrinya yang tengah mengandung anak pertama mereka. Padahal baru lebaran kemarin sahabatku ini pulang, ternyata kerinduan dengan sang istri mampu mengalahkan apa pun, termasuk ongkos pesawat Palu-Palembang yang rata-rata tarifnya Rp2 juta sekali jalan, yang berarti dia harus menganggarkan dana minimal Rp4 juta sekali pulang hanya untuk tiket pesawat saja, belum lagi dia harus transit 2x di bandara hasanuddin (makassar)/ juanda (surabaya) dan soekarno-hatta (jakarta) sebelum naik pesawat berikutnya ke palembang. Memang luar biasa sahabatku ini, sahabat yang baru saya kenal setahun belakangan.

Sahabat kedua yang juga ikut bersama kami adalah mbak Diah, seorang calon ibu yang tengah hamil muda anak pertamanya. Sama dengan saya, mbak diah tinggal di jakarta, lebih tepatnya di tangerang. Sesampainya di bandara soekarno-hatta rencananya dia akan dijemput suami yang belum setahun dia nikahi. Mbak Diah dan suaminya terpaksa pisah rumah karena suaminya harus kerja di jakarta dan dia kerja di palu.

Ada banyak kesamaan di antara kami. Pertama, kami bertiga adalah perantau murni tanpa ada saudara senasab di palu. Kedua, kami bertiga adalah anggota organisasi "BuLok" (bujang lokal) ^_^, istilah untuk pegawai yangg terpisah pulau dengan pasangannya. Saya sendiri baru menjadi bulok lagi setelah lebaran kemarin, setelah zahid dan umminya dimigrasi ke jakarta. dan Ketiga, kami sama-sama nekat. Kenapa nekat, karena kami sangat terpaksa memboloskan diri selama dua hari setelah surat cuti kami yang sebenarnya sudah ditanda tangani kepala kantor dibatalkan secara sepihak oleh surat edaran kantor pusat yang melarang cuti. Padahal waktu-waktu seperti ini adalah waktu yang secara itung-itungan cost & benefit sangat positif. Bayangkan, dengan cuti dua hari, kami bisa liburan di rumah selama hampir dua pekan. Tapi anehnya kantor kami selalu melarang cuti dilakukan pada waktu-waktu strategis seperti itu. Akibatnya selama bekerja tiga tahun, saya belum sekalipun menggunakan jatah cuti saya, karena dari januari sampai september adalah waktu yang tidak boleh ditawar-tawar untuk bekerja, sebulan dinas-sebulan buat laporan, begitu seterusnya.

. . .

Bagi saya sendiri 25-12-08 adalah bagian dari hari bersejarah. Hari itu insya Allah adalah hari perpisahan dengan pulau yang telah setia menampung selama +2 tahun. Ya, hari itu saya akan migrasi ke kampung tercinta untuk kembali melanjutkan pendidikan formal di kampus STAN (lagi).

Yang agak menggilakan dan menggelikan adalah hari itu saya akan pindahan naik pesawat! 4 kerdus XXL berisi buku, barang2 rumah tangga sampai mainan2 zahid, 1 backpack berisi laptop dan surat2 penting, dan 1 tas carrier ukuran 80 ltr yang penuh berisi baju. Sangat merepotkan memang, saran saya don't try it, tapi jika suka tantangannya, tidak ada salahnya dicoba.

Sebenarnya awalnya saya juga tidak berpikir untuk pindahan dengan membawa barang-barang ke dalam pesawat. Beberapa hari sebelum berangkat saya sudah survey ke kantor pos untuk memaketkan barang-barang tadi. Namun, atas saran dua sahabat saya ini akhirnya dilaksanakan ide aneh ini, mereka merasa sayang membiarkan jatah bagasi 20 kg mereka tidak dimanfaatkan. Dan akhirnya dimulailah acara pindahan via pesawat ini.

. . .

Sebenarnya ingin cerita lebih banyak lagi, tapi kayaknya sudah kepanjangan nulisnya, insya Allah lain waktu saya lanjutkan ...

selengkapnya...

Jumat, Desember 04, 2009

Like Father Like Son

Sesaat setelah menguburkan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Malik, khalifah Umar bin Abdul Aziz (tokoh pemimpin yang bergelar khulafa Rasyidin yang kelima karena keadilannya) beristirahat merebahkan diri. Tapi baru saja ia merebahkan badannya, seorang pemuda berusia tujuh belasan tahun datang menghampirinya dan mengatakan, "Apa yang ingin engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?" Khalifah menjawab, "Biarkan aku tidur barang sejenak. Aku sangat lelah dan letih sehingga nyaris tak ada kekuatan yang tersisa."

Namun pemuda itu tampak tidak puas dengan jawaban tersebut. Ia bertanya lagi, "Apakah engkau akan tidur sebelum mengembalikan barang yang telah diambil secara paksa kepada pemiliknya, wahai Amirul Mukminin?" Khalifah mengatakan, "Jika tiba waktu dzuhur saya bersama orang-orang akan mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemiliknya."

sang pemuda pun kemudian menanggapi dengan sebuah pertanyaan yang menyentak hati khalifah Umar bin Abdul Aziz, "Siapa yang menjaminmu hidup sampai setelah dzuhur, wahai Amirul Mukminin?"

- - -

Membaca kisah tersebut di atas kemudian muncul sebuah pertanyaan, siapakah pemuda itu? mungkin kita tidak akan mengira bahwa ia adalah salah seorang anak khalifah sendiri. Tapi ternyata hal itulah yang terjadi, ia adalah Abdul Malik, putra Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz sendiri. Semoga Allah merahmati keduanya.

- - -

Sementara itu di kisah yang lain, seorang lelaki datang menghadap Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. Ia melaporkan kepada khalifah tentang kedurhakaan anaknya. Khalifar Umar lantas memanggil anak yang dikatakan durhaka itu dan mengingatkannya tentang bahaya durhaka kepada orang tua.

Saat ditanya sebab kedurhakaannya, anak itu mengatakan, "Wahai Amirul Mukminin, tidakkah seorang anak mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya?"
"Ya"
jawab khalifah. "Apakah itu?" tanya anak itu. Khalifah menjawab, "Ayah wajib memilihkan ibu yang baik buat anak-anaknya, memberi nama yang baik, dan mengajarkannya Al Qur'an."

lantas sang anak menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, tidak satupun dari tiga perkara itu yang ditunaikan ayahku. Ibuku beragama Majusi, namaku Ja'lan, dan aku tidak pernah diajarkan Al Qur'an."

Umar bin Khattab lalu menoleh kepada ayah dari anak itu dan mengatakan, "Anda datang mengadukan kedurhakaan anakmu, ternyata Anda telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Anda telah berlaku tidak baik terhadapnya sebelum ia berlaku tidak baik kepada Anda."

- - -


Saudaraku, apakah kita adalah seorang ayah serupa Umar bin Abdul Aziz ataukah seperti
ayah dalam kisah kedua? Bukankah anak seekor singa adalah singa, pun dengan anak seekor keledai pastilah ia keledai juga sebagaimana induknya.

Mudah-mudahan saya dan kita semua dapat mentarbiyah keluarga dan anak-anak kita dengan baik sebagai batu bata peradaban madani kelak, dan terhindar dari pelalaian terhadap kewajiban mentarbiyah keluarga kita. amiin

Rabbi awzi'niy an asykura ni'matakal latiy an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shaalihan tardhaahu wa ashlih fii dzurriyyatiy, inniy tubtu ilaika wa inniy minal muslimiin

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai dan berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al Ahqaaf: 15)


Kutipan kisah dari buku "Cinta di Rumah Hasan Al Banna", Muhammad Lili Nur Aulia, Pustaka Dakwatuna

selengkapnya...

Rabu, September 16, 2009

Saya anti terorisme, tapi ... kok aneh ya?

Pagi ini ketika melihat siaran berita di TV, ada berita mengenai pengepungan "rumah teroris" di Solo, Jawa Tengah. Berita yang hampir sama dengan "prestasi" polisi mengepung dan membunuh tersangka "teroris" yang kelak diketahui bernama Ibrahim di Temanggung beberapa saat lalu. Model pengepungannya pun sama. Pengepungan dilakukan sejak malam hingga pagi hari dengan brondongan peluru ke arah rumah. endingnya pun sama pula, sang tersangka "teroris" meninggal.

Saya anti terorisme, apapun bentuknya. baik dilakukan perorangan, kelompok, maupun negara tertentu. baik dilakukan atas nama agama maupun alasan konspirasi tertentu. Apapun alasannya saya membenci terorisme.

Namun, melihat dua pengepungan di Temanggung dan Solo ini saya jadi sangat khawatir. Coba bayangkan jika suatu malam kita sedang berkumpul bersama keluarga di rumah dan tiba-tiba datang sekumpulan densus 88. Tanpa tahu apa-apa tiba-tiba rumah kita dibrondong peluru tanpa henti, walau ternyata kita tidak pernah melakukan perlawanan ataupun membalas tembakan tersebut. Dan tembakan baru dihentikan ketika dipastikan seluruh penghuni rumah telah meninggal.

Alangkah mengerikannya hal tersebut. Hanya bermodal dugaan bahwa kita adalah teroris karena kita rajin sholat di masjid, karena kita mengajar pengajian di rumah, karena kita berpenampilan islami dengan jenggot dan istri berjilbab, polisi dapat dengan mudahnya memberondong rumah kita hingga kita tewas? lalu dimana asas praduga tak bersalah buat mereka?

Ini yang menjadi pertanyaan besar di kepala saya, "kenapa para tersangka tersebut tidak ditangkap hidup-hidup? bukankah mereka tidak melakukan perlawanan?" bukankah mudah sekali menangkap hidup-hidup 1 s.d 4 orang tak bersenjata dengan mengerahkan ratusan polisi.

Pertanyaan berikutnya, "apakah benar bom yang terdapat di rumah tersangka benar milik mereka, bukan sengaja diletakkan di sana setelah mereka semua tewas?" untuk pertanyaan ini bagaimana kita bisa tahu jawabannya karena semua tersangka telah tewas.

Bukankah dalam Al-Qur'an jelas dikatakan bahwa, "...barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.." (QS. Al Maa'idah: 32), dan ini ada empat orang yang belum dapat dibuktikan apakah mereka teroris atau bukan yang dengan mudahnya dibrondong peluru hingga tewas. astaghfiruLLahal 'adzim ...

Sekali lagi, saya tegaskan saya anti terorisme, namun sangat menyedihkan jika ternyata
pemberantasan terorisme yang dilakukan polisi memberikan teror yang tidak kalah dahsyatnya bagi golongan-golongan tertentu yang notabenenya bukan teroris. Semoga kita semua dapat lebih bijak dalam melakukan sesuatu.

selengkapnya...

Senin, Januari 12, 2009

Salam tuk Sahabat

Hari ini ketika membuka email yahoo, ada satu pesan dari friendster dengan subject uSka aQim birthday is comming up. Birthday reminder dari friendster adalah hal biasa dalam inbox email saya, tapi yang menjadikannya berbeda adalah siapa yang menjadi Subject dalam birthday reminder itu.
Dalam email kali ini yang akan berulang tahun sebentar lagi adalah sahabat saya dari Tanjung Pinang. Saya mengenalnya saat dia masuk menjadi pegawai baru di kantor pertengahan tahun 2007 lalu.
Usia kami tidak jauh berbeda, hanya selisih beberapa bulan.
Seketika kami pun akrab karena minat kami tidak jauh berbeda: 'islam'. Terlebih ketika kami mutasi ke kota Palu dan untuk sementara selama sebulan menginap di mess kantor, persaudaraan kami makin terasa indah.
Hingga akhirnya hampir satu tahun yang lalu Ar-Rahman memanggil sahabatku, Uska Aqim Muvariz, dan saya tidak sempat melihat wajahnya yang terakhir karena saat itu saya sedang bertugas di sebuah kabupaten di prov sulawesi tengah.
Hari ini kembali teringat saat saya berkenalan dengan dia pertama kalinya

'Saya Aqim, Uska Aqim Muvariz'
'Namamu artinya apa Qim?'
'Kata orang tua ku Uska itu singkatan, artinya Umat Selamatkan Aqidahmu ...'

Kehilangan satu sahabat merupakan kesedihan mendalam, apalagi Kehilangan ribuan nyawa saudaraku di palestina

Allahummanshur ikhwaninal mujahidina fi filistin wa kulli makan
Ya Allah berikanlah pertolongan pada saudaraku para mujahid di Palestina dan dimanapun berada

selengkapnya...

Penambah Ilmuku